Ahmad Dzaki Akmal Yuda IMM UPN Jatim, Penanggung Jawab MASTA Saat Viral KrisMuha - Media Dinamika Global

Jumat, 03 Oktober 2025

Ahmad Dzaki Akmal Yuda IMM UPN Jatim, Penanggung Jawab MASTA Saat Viral KrisMuha


Surabaya, Media Dinamika Global.Id ||  Ahmad Dzaki Akmal Yuda (Dzaki Akmal / Akmal) Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (UPN Veteran Jatim / UPN Jatim / UPNVJT) dkk sedang mempersiapkan Masa Ta'ruf (MASTA) IMM pada bulan November 2025 untuk mahasiswa UPN Jatim yang terkait dengan melibatkan sebanyak sekitar 40-an tim panitia yang sekaligus sebagai bentuk pembelajaran bersama. UPN Veteran Jatim merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama.

MASTA atau Masa Ta'aruf merupakan salah satu program kerja dari organisasi IMM. MASTA memiliki tujuan untuk mengenalkan apa itu IMM kepada mahasiswa melalui pendekatan yang rileks namun persuasif, juga berbagai dinamika masyarakat diantaranya wawasan kebangsaan.

Ahmad Dzaki Akmal Yuda yang kalahiran Mojokerto 4 Juni 2004 sekaligus sebagai penanggung-jawab acara MASTA 2025 IMM UPNJT tersebut di tengah-tengah kian viralnya fenomen 'varian' baru KrisMuha alias Kristen Muhammadiyah yaitu banyaknya non-Muslim, terutama Kristen, yang menjadi simpatisan dan menggunakan layanan pendidikan Muhammadiyah. Meskipun Krismuha bukan berarti ada aliran teologis baru, melainkan fenomena sosiologis di mana orang Kristen menjalin hubungan erat dan simpati dengan Muhammadiyah, terutama berkat kualitas pendidikan yang ditawarkan. Istilah ini muncul karena banyaknya siswa, mahasiswa, bahkan dosen non-Muslim yang terdaftar di sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah, seperti di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan lainnya.

KrisMuha sebagai varian baru, awal mencuat sekitar Mei tahun 2023 berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdul Mu’ti yang saat ini menjabat Mendikdasmen (kelahiran Kudus Jawa Tengah 2 September 1968) dan Fajar Riza Ulhaq yang saat ini menjabat Wakil Mendikdasmen (kelahiran Sukabumi Jawa Barat 1 Februari 1979) yang kemudian disusun dalam buku utuh dengan judul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan.

Bahkan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertarik dengan buku ini, dan menggelar acara bedah buku ketika itu (Mei 2023) di Kantor Kemendikbudristek, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta.

Yang terbaru beberapa waktu lalu hingga sangat viral sampai saat ini, diantaranya salah satu wisudawan S1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Laura Amandasari pemeluk agama Kristen Protestan yang diberi beasiswa S2 oleh Rektor UMSU Prof Dr Agussani MAP dengan dukungan dari Menteri Pendidikan Dasar Dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Dr Abdul Mu'ti M Ed yang juga Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022 - 2027.

Ditengah persiapan MASTA 2025 IMM UPN Veteran Jatim, perspektif yang muncul dari peristiwa tersebut menurut Ahmad Dzaki Akmal Yuda (Dzaki Akmal / Akmal) diantaranya adalah mengenai wawasan kebangsaan dengan toleransi yang tinggi antar umat beragama dan saling memahami. Yang tersebut juga penting untuk peserta MASTA 2025.

Dikatakannya hal tersebut juga terjadi ketika terdapat fenomena NuMuha / NuHammadiyah maupun MuhaNu / MuhammadiNu. Ada figur atau tokoh NU yang Muhammadiyah maupun Muhammadiyah yang NU.

Misalnya Prof Dr Muhammad Sirajuddin Syamsuddin / Din Syamsuddin (kelahiran 31 Agustus 1958 di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat / NTB, red.).

Din Syamsuddin pernah menjadi Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Sumbawa (1970-1972). Kemudian ketika mondok di Pesantren Gontor lalu menjadi mahasiswa dan terlibat dalam kehidupan aktivis di IAIN Jakarta (kini UIN Jakarta), Din justru aktif di lingkungan Muhammadiyah hingga menjadi Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM, 1985), Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah (1989-1993), hingga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005-2010 dan 2010-2015). Bahkan ketika menjabat Ketum PP Muhammadiyah itu, Din Syamsuddin tetap menjabat sebagai dewan penasehat salah satu organisasi dibawah naungan NU.

Ada pula Ustadz Adi Hidayat (UAD) yang lahir 11 September 1984 di Pandeglang Jawa Barat, yang ternyata masih famili dengan KH Bahauddin (Gus Baha) yang kini di PBNU. Lebih-lebih istrinya yaitu Shufairok yang berasal dari Lasem, Rembang (Jawa Tengah) yang memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa tokoh NU di daerah tersebut.

Kemudian dari hasil penelitian Prof. Abdul Munir Mulkhan (Guru Besar UIN Yogyakarta) menemukan banyak desa di Jawa Tengah yang masyarakatnya berpaham Muhammadinu. Muhammadinu adalah paham yang menyatukan Muhammadiyah dan NU. Mereka dengan mudah memadukan antara paham Muhammadiyah dan NU. Tanpa rikuh. Beberapa desa di Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Klaten, misalnya, warganya banyak yang mengikuti Muhammadinu.

Almarhum KH Hasyim Muzadi yang pernah menjadi Ketua Umum PBNU bahkan mengibaratkan NU dan Muhammadiyah adalah sepasang sandal yang harus bersatu.

Kiai Hasyim mengajak generasi muda untuk konsisten merawat keberagaman. Merawat keragaman Indonesia dengan saling menghormati di antara perbedaan yang ada. Diyakininya, Indonesia akan menjadi besar, menjadi kiblat peradaban dunia Islam karena toleransinya. Asal anak-anak mudanya semangat untuk mengembangkan ilmu dan berkiprah di masyarakat bawah dengan membawa pencerahan, bukan perpecahan.

Pandangan dan keyakinan Kiai Hasyim Muzadi kurang lebih sama dengan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA (Kiai Asep) ketua Umum PP Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU), bersatu, berbeda-beda namun satu tujuan. Dan Islam harus kuat. Bahkan pondok dari Kiai Asep, Ponpes Amanatul Ummah kini sedang menuju sebagai salah satu kiblat Islam internasional.

Dalam politik, para putranya ada yang di Partai Gerindra, di PAN dan di Partai Nasdem. Berbeda-beda namun satu tujuan ikhtiar untuk bangsa dan negara, dimana Kyai Asep yang dermawan juga banyak membantu berbagai pihak untuk turut mewujudkan Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945. Hingga salah satunya, Kyai kelahiran 16 Juli 1955 itu mendapatkan penghargaan salah satu Bintang Mahaputra dari Presiden Prabowo Subianto Djojohadikusumo (kelahiran 17 Oktober 1951, red.).

Dari berbagai hal tersebut menurut Ahmad Dzaki Akmal Yuda ketum IMM UPN Veteran Jatim itu bisa menjadi pembelajaran betapa pentingnya kebersamaan sebagai bangsa. Bahkan kini juga sudah ada graha bersama, Graha Muhammadiyah - NU.

"Dalam Masta IMM kita bicarakan diantaranya tentang ukhuwah, ukhuwah Islamiah, juga ukhuwah sesama manusia, tentang ukhuwah sebagai bangsa, wawasan kebangsaan dan lain-lain," ungkap Ahmad Dzaki Akmal Yuda yang kelahiran 4 Juni 2004 yang pernah menjadi pemain sepakbola Liga 1 Persebaya Elite Pro Academy (EPA) U16 bersama Marselino Ferdinan (lahir 9 September 2004, red.) namun saat U18 itu cedera. Dimana dalam keluarga besarnya juga ada yang Muhammadiyah, NU, Nasionalis dan lainnya. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926 / 081215754186 (Surya Gempar).

Comments


EmoticonEmoticon