Bambang Widjojanto: Anas Urbaningrum Cuma Omong Kosong Besar


Jakarta - Media Dinamika Global.Id.- Anas Urbaningrum menyinggung skenario besar di balik kasusnya. Diketahui, Anas harus mendekam di penjara selama 9 tahun, 3 bulan karena kasus korupsi Hambalang.

Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto menyatakan, tidak paham atas tudingan yang dilayangkan Anas. Dia menduga itu hanya gertakan tanpa dasar atau omong kosong.

Bambang salah satu pimpinan KPK yang menetapkan Anas sebagai tersangka kala itu. "Saya tidak tahu soal skenario tapi mungkin cuma omong kosong besar," kata Bambang kepada merdeka.com, Sabtu (15/4).

Pria yang akrab disapa BW itu menyoroti dugaan upaya racun yang akan dilakukan kepada Anas di tahanan. Padahal, sampai saat ini masih sehat.

"Dengan alasan ada dugaan akan diracun. Jika tidak dapat akses bawa makan sendiri. Nyatanya hari ini masih sehat-sehat saja," kata dia.

Sebelumnya, BW juga sempat menyinggung niatan Anas loncat dari Monas apabila terbukti bersalah pada kasus korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang.

"Kita juga masih ingat (pernyataan Anas) ‘Kalau saya terbukti akan loncat dari monas? Sudah terbukti, sudah dihukum, kapan lu loncat dari Monas," ujar BW dikutip saat Podcast Novel Baswedan dikutip merdeka.com, Kamis (13/4).

Pasalnya dengan dia bebas sebenarnya telah membuktikan kasus korupsi itu benar adanya. Maka, kata BW, sudah tidak relevan bila Anas melakukan pembelaan hanya hanya untuk mencari panggung membersihkan namanya. 

"Apa belum cukup persidangan 1, 2, 3 hingga PK untuk membuktikan itu. Sudahlah kita sudah tau ujungnya mau kemana," ujarnya.

BW menyarankan Anas untuk legowo menerima kesalahan. Dengan meminta Anas dan para loyalisnya berhenti melakukan pembelaan dengan menggalang opini debat terbuka.

"Sudah lah kita tahu ujungnya ke mana, kamu ingin membersihkan dirimu, tapi tidak seperti itu caranya. Itu kampungan banget cara seperti itu, Setop lah dengan cara-cara kampungan kayak begitu," kata dia.

"Orang sudah paham, sudah mafhum kamu cari-cari panggung, mendingan terima kesalahan itu, dan banyak orang salah, jatuh hancur tapi bangkit kembali itu jauh lebih terhormat daripada mencari panggung," sambungnya.

Sekedar informasi Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra menilai, tidak tepat jika permasalahan Anas dikaitkan dengan Partai Demokrat, terlebih SBY. Sebab, tidak ada hubungannya dengan dengan Ketua Majelis Tinggi Demokrat.

Seharusnya, Anas bertanya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menghukumnya kala itu. Kala itu, Abraham Samad menjabat Ketua KPK, Bambang Widjajanto (BW) sebagai Wakil Ketua KPK dan Novel Baswedan menjadi penyidik KPK.

"Pertama tidak tepat sebenarnya kalau mengkaitkan atau membenturkan Mas Anas dengan Mas AHY atau dengan Demokrat, enggak ada hubungan," kata Herzaky, saat konferensi pers di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (12/4).

"Kedua mengkaitkan dengan Pak SBY, enggak tepat itu, karena yang menghukum beliau itu KPK. Jadi enggak tepat ditanyakan ke Demokrat. Tanyakan lebih tepat ke Abraham samad, Bang BW, Novel," sambungnya.

Sebelumnya, Anas Urbaningrum menyampaikan kondisinya tetap baik setelah menjalani masa hukuman selama lebih dari 9 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Kota Bandung.

Ia menyampaikan bahwa semua itu tidak terlepas dari doa keluarga, kolega hingga simpatisan yang terus memberikan dukungan.

"Saya ingin meminta maaf. Maaf kalau ada yang berpikir saya di tempat ini mati membusuk, kalau ada yang berpikir saya menjadi bangkai fisik dan sosial, saya minta maaf itu alhamdulillah tidak terjadi," kata dia di hadapan simpatisannya, Selasa (11/4).

"Saya mohon maaf kalau ada yang berpikir saya lama disini, kalau ada yang berpikir dengan waktu (masa tahanan) yang lama itu bisa memisahkan saya dengan sahabat seperjuangan, (pikiran) itu seperti tidur di siang bolong," ia melanjutkan.

Anas menyampaikan bahwa ada skenario besar hingga dirinya harus menjalani hukuman penjara.

"Saya juga mohon maaf kalau ada yang menyusun skenario besar saya dimasukkan ke tempat ini, dengan waktu yang lama, yang berpikir Anas sudah selesai. Skenario boleh besar tapi sekuat apapun serinci apapun skenario manusia tidak akan mampu mengalahkan skenario Tuhan," tegas dia

"Dengan begini saya ingin mengatakan bahwa saya ingin berpikir ke depan. Sekaligus maaf kepada yang berpikir keluarnya saya melahirkan permusuhan, saya katakan tidak. Saya tidak ada kamus permusuhan. Andai ada yang merasa termusuhi, itu konsekuensi perjuangan keadilan," kata Anas lagi.(MDG 05).

Load disqus comments

0 comments