Anggaran Program BSPS di Kabupaten Bima Menuai Masalah

Foto : Rumah Penerima Manfaat, H. Abdurrahman Asal Desa Mbawa.

Bima, Media Dinamika Global.Id.__ Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) untuk penanganan kemiskinan ekstrim dan stunting tahun 2022 di Kecamatan Donggo diduga menyimpang.


Mulai harga material bahan bangunan yang diduga di-mark-up, dana ongkos tukang disunat dengan dalih biaya pelaporan hingga penentuan harga satuan yang diduga tidak melibatkan masyarakat penerima manfaat.

Selain itu, penentuan toko bangunan yang akan mendrop material bangunan yang dibutuhkan masyarakat diduga kuat diatur atur oknum berwenang dalam program itu.

Dalam lampiran Keputusan Menteri PUPR nomor 115/KPTS/M/2022 diketahui total penerima bantuan BSPS Kabupaten Bima sebanyak 439 unit yang tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bima. Antara lain di Kecamatan Donggo yakni di Desa Mbawa sebanyak 44 unit, Desa Doridungga sebanyak 62 unit, Desa Ndano Na'e 18 unit, Desa O'o sebanyak 34 unit dan Desa Palama sebanyak 23 unit.

Seorang penerima bantuan H. Abdurrahman warga RT 27 RW 03 Desa Mbawa, mengaku memperoleh program BSPS tahun 2022.

Saat ini penerima bantuan H. Abdurrahman tengah menuntaskan program BSPS, dengan memasang dinding rumah panggung menggunakan papan kayu dari swadaya.

Dia mengaku, memperoleh material dari program BSPS tahun 2022 berupa Spandek tipe (B) setebal 0,30 centi meter sebanyak 28 lembar sepanjang 5 meter per lembar.
Selain itu, juga menerima drop barang berupa kayu usuk ukuran 4x6 sebanyak 12 ikat, triplek taek Wood setebal 8 mili meter sebanyak 20 lembar.

H. Abdurrahman juga menerima barang bentuk paku seng 4 Kg, paku ukuran 7 cm sebanyak 3 Kg, paku ukuran 10 cm sebanyak 2 Kg, kloset duduk 1 buah, pipa 3 inchi 1 batang, bubungan spandek 4 lembar dan papan kayu lantai sebanyak 10 lembar.

"Bahan yang ada dibawa oleh ketua kelompok, yang didrop oleh fasilitator. Sebelum barang didrop kita sampaikan ke kelompok apa saja kebutuhan kita," ucapnya ditemui di kediamannya, Sabtu (30/9).

Selain dalam bentuk barang, H. Abdurrahman mengaku juga menerima dalam bentuk uang sebesar Rp.1.150.000 Juta dari seharusnya Rp. 1.250.000 juta.

"Persisnya saya kurang paham mengapa ada pemotongan. Sepintas dikasi tau untuk disimpan dalam rekening," akuinya.

Dalam petunjuk teknis pelaksanaan program BSPS tahun 2022, disebutkan sebelum memulai pekerjaan, penerima bantuan dikumpulkan untuk menentukan harga satuan barang material, disepakati toko dan pemberitahuan jumlah material yang dibutuhkan.

"Seingat saya, tidak pernah ada rapat kaitan penentuan harga maupun jumlah bahan yang kita butuhkan. Kita kasi tau barang yang dibutuhkan, dan diantar ke rumah," ungkapnya.

Penerima manfaat lainnya, Ma'ani warga RT 27 RW 03 Desa Mbawa mengaku, sejumlah bahan material yang diterima yakni Batako sebanyak 1.200 biji, Semen 20 sak, Seng warna biru 10 lembar, pasir 1 dumptruk. 

"Kita tidak tahu harga bahan material. Karena nota belanja dipegang ketua kelompok," singkatnya. 

Ketua kelompok 3 BSPS Desa Mbawa, Haerudin mengatakan, ada 4 unit rumah batu dan 12 unit rumah panggung yang menjadi sasaran program pada kelompoknya.
Dua mengaku, material yang diserahkan ke pemilik rumah senilai Rp. 17,5 juta, berupa kayu ukuran 5x7 sebanyak 5 ikat dan ukuran 4x6 sebanyak 7 ikat.

"Per orang senilai 20 juta. Dalam bentuk bahan senilai 17.500.000 juta dan dalam bentuk uang untuk ongkos tukang 2 juta 500 ribu," sebut dia.

Dia mengakui, material bangunan diantar oleh fasilitator Ardiansyah.

"Masyarakat sampaikan ke saya kebutuhannya, dan barang didrop pak Ardi (Ardiansyah)," sebutnya.

Begitu pula untuk material bahan bangunan untuk masyarakat yang membangun rumah permanen, tambah Haerudin, material berupa semen dan besi dan pasir didrop oleh fasilitator.

"Untuk rumah panggung harga spandek saja capai 7 juta. Untuk rumah permanen, menerima semen 20 zak, besi bervariasi, pasir ada yang 1 truk dan 2 truk," pungkasnya. 

Tenaga Fasilitator Lapangan Desa Mbawa Ardiansyah, menjelaskan warga penerima manfaat menyampaikan kebutuhan barang dan pihaknya melanjutkan kepada toko yang telah berkerja sama.

"Selanjutnya toko yang mendrop ke masyarakat sesuai kebutuhan. Untuk pembayaran, dilakukan per termin, dan dibayar langsung oleh bank ke toko," jelasnya saat dikonfirmasi wartawan melalui selulernya. 

Ardiansyah membenarkan, ada pengurangan nilai uang sebesar Rp. 100 ribu per orang dari uang ongkos tukang. 

"Uang untuk ongkos tukang totalnya 2,5 juta diterima dua kali. Yangbbaru cari tahap pertama 1 juta 250 ribu, dan diambil 109 ribu untuk biaya pelaporan," akuinya dihubungi via sambungan whatsapp. 

Dia mengaku, uang yang diambil dari masyarakat itu untuk biaya administrasi pelaporan.

"Sebenarnya warga penerima manfaat yang membuat laporan, dan kita yang membuat laporannya. Kita tidak paksa mereka kaitan yang 100 ribu tersebut," akunya.

Kaitan toko bahan bangunan yang mendrop barang ke Kecamatan Donggo ada dua toko, yakni di Dusun Muku Desa Sanolo dan toko di Desa Rato Kecamatan Bolo.

Mengapa tidak memilih toko yang ada di Kecamatan Donggo. Aridansyah mengaku, pemilik toko di Donggo tidak berminat mengingat pembayaran barang dilakukan setiap termin.

Harga pasar material jenis spandek ukuran tebal 0,30 centi meter tipe B rata rata dijual Rp. 44 ribu per meter. 
Namun harga jual spandek yang dituangkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk program BSPS di Kecamatan Donggo senilai Rp.59 ribu.

Ada selisih Rp. 5000 ribu per meter untuk material jenis Spandek yang diduga di-mark-up. Belum diketahui harga material lain, seperti kayu usuk yang didrop dalam satu ukuran, besi yang didrop dengan ukuran ketebalan 10 mili meter (kurus).

"Harga spandek 50 ribu per meter. Untuk spandek kebutuhan biayanya saja mencapai 8 juta 750 ribu. Belum termasuk material yang lain. Untuk penentuan toko yang di Rato silakan tanyakan fasilitator pak Mus," tuturnya. (Surya Ghempar)
Load disqus comments

0 comments