Bima NTB, Media Dinamika Global.id.– Gelombang desakan untuk mengusut tuntas kematian mendadak aktivis LMND NTB, Bung Ilham Viloid, kini tidak hanya bergema di Mataram. Dukungan penuh dan analisis tajam datang dari Kota Bima. Departemen Kajian dan Bacaan (DKB) LMND Kota Bima secara terbuka menyatakan kecurigaan bahwa insiden yang menimpa almarhum pada Jumat dini hari (5/12) lalu memiliki indikasi kuat sebagai upaya pembungkaman terencana.
Haerul Erlan, atau yang akrab disapa Bung Erlan, selaku DKB LMND Kota Bima, menegaskan dukungannya terhadap langkah Eksekutif Wilayah (EW) LMND NTB yang telah melaporkan kasus ini ke Lakalantas Polda Mataram. Namun, Erlan memperingatkan agar aparat tidak terjebak atau sengaja menjebak diri pada narasi kecelakaan tunggal semata.
Dalam keterangan resminya, Bung Erlan menyoroti rentetan peristiwa yang mendahului tragedi tersebut. Menurutnya, kematian Bung Ilham Viloid terjadi dalam momen yang terlalu presisi secara politis untuk disebut sebagai kebetulan belaka.
“Kita harus melihat konteksnya secara utuh, jangan parsial. Bung Ilham meninggal hanya beberapa jam setelah melakukan aksi demonstrasi frontal di depan Mapolda NTB,” ujar Bung Erlan dengan nada tinggi.
Ia merujuk pada aksi almarhum yang membongkar dugaan korupsi Dana Siluman Belanja Tak Terduga (BTT). Isu ini bukan perkara remeh karena menyentuh kepentingan elit-elit lokal yang selama ini merasa tidak tersentuh hukum.
“Logika sederhananya begini, Siang hari dia berteriak lantang soal uang rakyat yang dicuri lewat BTT, lalu dini harinya dia ditemukan tewas dengan label kecelakaan tunggal pukul 03.00 pagi. Bagi kami di DKB LMND Kota Bima, ini adalah pola lama. Pola pembungkaman yang sering menimpa aktivis yang terlalu berani mengganggu tidur nyenyak para koruptor,” tegas Erlan.
Bung Erlan menilai, narasi kecelakaan tunggal seringkali menjadi tempat sampah paling aman untuk membuang kasus-kasus sensitif yang melibatkan aktivis. Pihaknya mencurigai adanya grand design atau skenario untuk mencelakai almarhum sejak awal.
Oleh karena itu, LMND Kota Bima mendesak agar EW-LMND NTB tidak kendor. Laporan polisi tanggal 8 Desember kemarin harus menjadi pintu masuk untuk membedah ulang tempat kejadian perkara (TKP), memeriksa CCTV di sepanjang rute yang dilalui almarhum, serta melacak komunikasi terakhir almarhum sebelum insiden terjadi.
Bung Erlan memastikan bahwa kawan-kawan pergerakan di Bima tidak akan tinggal diam. Jika aparat penegak hukum di Mataram hanya bekerja normatif dan mengabaikan konteks politik di balik kematian Bung Ilham, maka gelombang perlawanan akan meluas hingga ke Bima.
“Ini bukan soal satu nyawa yang hilang, tapi soal nyali demokrasi yang sedang diuji. Kami mendukung penuh Bung Arif dan kawan-kawan EW-LMND NTB untuk mengawal kasus ini sampai ke akar-akarnya. Jangan sampai ada duri dalam daging penyidikan ini,” pungkas Erlan.
Kematian Bung Ilham Viloid kini bukan lagi sekadar berita duka lalu lintas, melainkan telah bertransformasi menjadi simbol perlawanan terhadap teror yang mengintai para penyuar kebenaran di Nusa Tenggara Barat.(Sekjend MDG)
