De Ardin Tuding Fahri Hamzah Dari Singa Parlemen Jadi Domba Kekuasaan - Media Dinamika Global

Selasa, 20 Mei 2025

De Ardin Tuding Fahri Hamzah Dari Singa Parlemen Jadi Domba Kekuasaan

Foto: De Ardin, Massa Aksi PPS, dan Fahri Hamzah.

Mataram, Media Dinamika Global.Id - Kritikan pedas selalu datang berbagai kalangan rakyat Pulau Sumbawa menuding terhadap Wakil Menteri (Fahri Hamzah) yang dikenal sebagai "Singa Parlemen," telah bertransformasi menjadi "Domba Kekuasaan".

Aktivis Nasional Asal Bima, De Ardin mengatakan, dulu, Fahri Hamzah dikenal sebagai sosok yang vokal dan kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah, berani meyuarakan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) tanpa takut akan konsekuensi. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, sikapnya tampak berubah.

"Rakyat Pulau Sumbawa sedang berjuang Percepatan Pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa, Fahri kini lebih memilih diam dan membisu," ujar De Ardin saat diwawancara awak Media ini. Rabu, (21/05/25).

Menurut De Ardin, bahwa Fahri Hamzah lebih memilih diam untuk mengorbankan prinsip dan integritas yang pernah ia junjung tinggi. Ini menciptakan kesan bahwa ia telah mengalihkan fokus dari kepentingan rakyat demi mempertahankan posisinya dalam struktur kekuasaan.

"Publik mulai mempertanyakan apakah kritikan yang pernah disampaikan Fahri hanyalah sebuah strategi politik semata," kata De Ardin.

Lanjut De Ardin, saya melihat Fahri Hamzah sebagai seorang pejuang yang berubah menjadi penjinak. Ketika suara rakyat digadaikan demi kedekatan dengan penguasa. Di titik itu, integritas tak lagi punya harga, dan sejarah mencatat pengkhianatan. Nama Fahri Hamzah dulu dielu-elukan sebagai ikon oposisi parlemen, artikulatif, retoris, bahkan nyaris revolusioner. 

"Kini publik menyaksikan disintegrasi moral seorang politisi yang dahulu membakar semangat rakyat, dan hari ini memadamkan harapan dengan kesenyapan," tutur Kornus BEM PTMAI.

Transformasi ini bukan sekadar gejala pragmatisme politik. Ini adalah bentuk paling telanjang dari deviasi etika kekuasaan.

Dengan lantang Fahri Hamzah mengumandangkan, Jika Prabowo-Gibran menang, Provinsi Pulau Sumbawa pasti terwujud. Itu bukan sekadar janji kampanye. Itu adalah deklarasi politik yang mengikat secara moral.

Namun faktanya, pasca kemenangan Prabowo-Gibran, janji itu tak hanya tak dipenuhi bahkan tak menambah kebohongan baru.

Foto: De Ardin saat Perjuangkan Prabowo - Gibran (GEMBIRA BIMA NTB).

Fahri Hamzah dulu berteriak rakyat adalah tuan bagi pemerintah, kini sibuk melayani protokol istana. dulu menyerang rezim, kini menjadi instrumen pencucian legitimasi kekuasaan. Ia telah mengalami mutasi ideologis dari tribunis rakyat menjadi aparat ideologis kekuasaan.

"Saya bukan hanya saksi. Saya adalah bagian dari mesin perjuangan yang dulu menggerakkan massa, membentuk struktur, menyumbang logistik, dan berdiri di garis depan mendeklarasikan dukungan," tegas mantan BEM UMBI.

"Ia, Saya memikul risiko sosial dan moral sebagai presiden mahasiswa yang terjun langsung ke pusaran politik praktis. semata-mata karena kepercayaan pada integritas Fahri Hamzah dalam rangka mewujudkan Provinsi Pulau Sumbawa," jelasnya.

Suara kami yang dahulu dielus dan dijanjikan, kini dibungkam dan dibuang. Bahkan demontrasi di poto tano tanggal 15 mei lalu, tidak terlihat batang hidung Fahri Hamzah menemui rakyat Pulau Sumbawa yang berdarah-darah berjuang Provinsi Pulau Sumbawa yang dulu dia janjikan.

Pengabaian Fahri terhadap aspirasi pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa bukan hanya soal keterlambatan janji. Ini adalah pengingkaran historis terhadap rakyat yang telah mengorbankan idealisme dan energi demi visi kolektif.

"Kami bukan alat legitimasi politik musiman. Kami bukan pion yang digerakkan dalam setiap kontestasi hanya untuk dibuang setelah pesta kuasa selesai," sambung De Ardin.

Diakhir disampaikannya, setelah terakomodir dalam kabinet merah putih Fahri Hamzah telah membuang identitas ideologisnya. Ia bukan lagi aktor oposisi, tapi fasilitator rezim. Ia tak lagi menjadi suara kritis, melainkan komoditas kekuasaan yang digunakan untuk menutupi kebusukan sistem yang dulu ia kutuk dengan lantang.

"Saya mewakili suara pemuda Pulau Sumbawa bahwa kami sangat kecewa. Sebab ini adalah soal akuntabilitas politik dan penghormatan terhadap kontrak sosial," tandasnya.

Sejarah tidak akan menuliskan Fahri Hamzah sebagai negarawan. Sejarah akan mencatatnya sebagai seorang inkonsisten oportunis dari Bumi Pulau Sumbawa.

"Seorang yang menggadaikan mandat rakyat demi kehangatan kekuasaan. Fahri Hamzah adalah seorang yang pada akhirnya menjadi pengkhianat ulung atas nama rakyat yang ia dustai," pungkas Koordinator Nasional BEM PTMAI. (Surya Ghempar).

Comments


EmoticonEmoticon