Media Dinamika Global: Pendidikan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Mei 2025

Di Tahun Ajaran Baru, Wapres Gibran Rakabuming Raka Pastikan Kurikulum AI Mujai Masuk Tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK,”


Jakarta. Media Dinamika Global.id. Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, memastikan bahwa pembelajaran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) akan mulai diterapkan dalam kurikulum pendidikan nasional pada tahun ajaran baru. Hal tersebut disampaikan Gibran saat menghadiri Studium Generale bertajuk Creative Job Opportunity with AI di Auditorium Kampus Anggrek, BINUS University, Jakarta Barat, Jumat (2/5/2025).

“Nanti di tahun ajaran baru kita mulai memasukkan kurikulum AI, pelajaran AI di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK,” ujar Gibran dalam pernyataannya yang dikutip pada Sabtu (03/05/25).

Gibran menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk komitmen nyata dari Pemerintahan Prabowo Subianto dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan zaman melalui pemanfaatan AI.

Putra sulung Presiden Joko Widodo itu juga menyampaikan apresiasi kepada BINUS University yang telah menjadi pelopor dalam pengembangan program AI melalui jalur pendidikan. Menurutnya, keterlibatan kampus dalam mendukung ekosistem AI sangat penting untuk mencetak lulusan yang siap kerja dan inovatif.

“Saya senang sekali BINUS menangkap peluang AI ini. Selain bisa menjawab tantangan zaman, anak-anak nanti ketika lulus sudah siap kerja,” tuturnya, di kutip triaspolitica.net.

Lebih lanjut, Wapres Gibran menyebutkan bahwa pembelajaran AI sejak dini sangat penting karena teknologi ini telah menjadi bagian vital dalam berbagai aspek kehidupan modern. Ia berharap generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi berbasis AI yang mampu memberikan dampak nyata bagi kemajuan bangsa.

Sebagai contoh penerapan AI di dunia nyata, Gibran menyebut teknologi AI telah digunakan oleh PT Jasa Marga untuk memantau lalu lintas di ruas tol selama libur Lebaran. Selain itu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga telah menerapkan sistem pengenalan wajah (AI Face Recognition) untuk meningkatkan keamanan.

“Jasa Marga sudah pakai AI. Stafnya anak-anak muda semua. Mereka bisa melihat trafik di sepanjang ruas-ruas tol, jadi bisa tahu kapan harus dibikin one way atau contraflow. Di KAI ada kamera canggih pakai AI face recognition. Jadi, kalau ada pencuri bisa ketahuan,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Gibran juga berpesan kepada generasi muda agar terus mengembangkan diri dan menguasai teknologi digital seperti AI, kripto, dan blockchain, yang akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi dan industri di masa depan.

“Indonesia ini tidak pernah kehabisan anak-anak pintar. Semuanya kreatif dan kalian harus bisa embrace teknologi-teknologi terkini, salah satunya AI, crypto, blockchain, dan yang lainnya,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dalam kegiatan Studium Generale tersebut, para mahasiswa BINUS juga turut memamerkan berbagai proyek inovatif yang telah meraih penghargaan di tingkat nasional maupun internasional. (DL/GPT)

Tim Voli Putri SMAN 2 Monta Raih Juara 2 di Turnamen Bola Voli Antar Pelajar Se-Kabupaten Bima


Kemenangan yang membanggakan bagi Tim Voli Putri SMAN 2 Monta raih Juara 2 dalam Lomba Bola Voli pada Turnamen Bola Voli Antar Pelajar di SMA Negeri 1 Langgudu "MY CUP" yang diikuti oleh SMA Se-Kabupaten. Minggu, (04/05/25)

SMAN 2 Monta menorehkan prestasi gemilang dalam dunia olahraga bola voli. Tim Voli Putri mampu meraih Juara 2 dalam Turnamen Bola Voli Antar Pelajar SMA Negeri 1 Langgudu MY CUP" yang diikuti oleh seluruh pelajar SMA Se-Kabupaten Bima. Minggu, (04/95/25)

Kemenangan ini merupakan bukti bahwa siswa SMA Negeri 2 Monta memiliki potensi yang sangat luar biasa, sehingga mampu bersaing dengan seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Bima. 

Pada turnamen tersebut tentunya menyajikan pertandingan yang sengit dari berbagai tim voli Se-Kabupaten Bima yang berkualitas dan tentunya akan menciptakan atmosfer kompetisi yang begitu menegangkan selama dalam pertandingan.

Namun semangat juang para siswi SMA Negeri 2 Monta tidak pernah surut, demi mencapai hingga akhirnya mereka mencapai kemenangan yang begitu membanggakan.

Selama dalam perjalanan pertandingan, tentu bukanlah hal mudah bagi mereka, karena harus menghadapi lawan-lawan yang kuat dan tangguh setiap pertandingan, namun berkat kekompakan dan kerjasama tim yang begitu kompak mulai dari babak pengisian hingga babak final, 

Muhammad Yakub S.Sos selaku pembina menuturkan, meraih Juara 2 tidaklah mudah bagi Tim Voli kami, anak-anak menghadapi lawan-lawan tangguh dalam setiap pertandingan sejak babak pengisian hingga babak penentuan, namun saya selalu tekankan kekompakan dan kedisiplinan para pemain selam dalam pertandingan itu merupakan kunci utama yang selalu dipertahankan, ujarnya.

Tak hanya itu saja, menurut Yakub, tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik semata, namun bagaimana bisa memiliki penguasaan teknik dan taktik yang cemerlang, baik dari cara service, serangan hingga pertahanan kuat agar bisa menghasilkan poin-poin dalam pertandingan.


Servis presisi, serangan yang taktis, dan pertahanan yang solid menjadi landasan kuat dalam meraih poin-poin berharga.

Tapi apapun yang dilakukan oleh siswi SMA Negeri 2 Monta sudah All Out, hingga mereka sampai pada hasil yang sangat gemilang, ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai pembina lebih khusus SMA Negeri 2 Monta.

Mendapatkan juara 2 suatu prestasi yang membanggakan kami semua, dan tentunya saya berharap kepada mereka, bahwa keberhasilan ini bukanlah akhir dari perjalanan gemilang, melainkan awal dari prestasi yang lebih tinggi dan cemerlang untuk bagaimana kedepannya bisa ditingkatkan lagi hingga ke level nasional maupun internasional, tutupnya. (MDG 02)

Jumat, 02 Mei 2025

Pendidikan Yang Kehilangan Arah: Luntur Nilai Juang, Luntur Identitas


Pendidikan yang Kehilangan Arah: Luntur Nilai Juang, Luntur Identitas"
Oleh: Dr. Anak Agung Putu Sugiantiningsih.,S.IP.,M.AP
(Akademisi Universitas Warmadewa)

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk mengenang kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sosok pelopor pendidikan di Indonesia, yang lahir pada 2 Mei 1889. Ki Hadjar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan bukan hanya untuk mencerdaskan otak, tetapi juga membentuk karakter, menumbuhkan rasa nasionalisme, dan memperkokoh kepribadian bangsa.

Bila kita ingat kembali kisah Ki Hajar Dewantara, beliau memiliki Latar belakang yang dilarang bersekolah di masa kolonial. Keberanian beliau membangun Taman Siswa untuk mendidik rakyat kecil, Dimana pendidikan di Indonesia dibangun dengan perjuangan, bukan hadiah. Dan Pendidikan itu adalah hasil dari sebuah perjuangan. 

Kutip semangat Ki Hadjar: “Pendidikan harus memerdekakan manusia lahir dan batin.” Semboyannya yang terkenal: "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani," yang berarti: di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan, menjadi dasar filosofi pendidikan kita. Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar seremonial, melainkan refleksi atas bagaimana pendidikan menjadi pondasi kemajuan bangsa.

Sejarah Hari Pendidikan Nasional & Perjuangan Tokoh-Tokoh Pendidikan Indonesia. Sebelum Perang Kemerdekaan, pada masa penjajahan Belanda, pendidikan di Indonesia sangat diskriminatif. Hanya golongan tertentu terutama bangsawan dan keturunan Eropa yang boleh bersekolah. Rakyat pribumi mayoritas hidup dalam kebodohan yang sengaja dibiarkan. Tokoh-tokoh penting: Ki Hadjar Dewantara (Raden Mas Suwardi Suryaningrat) Pendiri Taman Siswa tahun 1922 di Yogyakarta. Dewi Sartika. Mendirikan Sekolah Isteri di Bandung pada 1904 (sekarang "Sakola Kautamaan Istri"). Memperjuangkan pendidikan bagi perempuan pribumi agar setara dengan laki-laki. KH Ahmad Dahlan, mendirikan Muhammadiyah (1912) lembaga pendidikan dan sosial berbasis Islam. Mendorong pendidikan modern, menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum. KH Hasyim Asy'ari, mendirikan Nahdlatul Ulama (1926), mengembangkan pesantren sebagai pusat pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. 

Saat Perang Kemerdekaan (1945–1949). Perang mempertahankan kemerdekaan membawa tantangan luar biasa. Bangsa ini baru merdeka, tapi harus langsung menghadapi agresi militer Belanda. Perjuangan dalam bidang pendidikan: Pendidikan darurat: Banyak sekolah di daerah konflik harus pindah ke lokasi-lokasi darurat, atau digabungkan dalam "sekolah rakyat" seadanya.

Setelah Perang Kemerdekaan (1950 ke atas). Setelah kedaulatan diakui, tantangan pendidikan bergeser: dari mempertahankan kemerdekaan ke membangun bangsa. Kebijakan penting: Pemerintah mengeluarkan UU Pendidikan Nasional pertama. Didirikannya banyak universitas negeri: Universitas Indonesia (1950) Universitas Gadjah Mada (1949) Institut Teknologi Bandung (1959, berkembang dari Technische Hoogeschool). Tokoh-tokoh penting: Ki Sarino Mangunpranoto, Menteri Pendidikan era 1950-an. Menekankan pentingnya pendidikan karakter dan moral bangsa. Prof. Dr. Sutomo, memperjuangkan pendidikan berbasis nasionalisme pasca-kemerdekaan. Prof. Dr. Sutan Takdir Alisjahbana, mendorong modernisasi pendidikan dan kesusastraan Indonesia. 

Pergeseran paradigma: Pendidikan menjadi alat pembangunan nasional: mencetak SDM untuk mengisi kemerdekaan. Semangat bela negara tidak lagi dalam bentuk fisik mengangkat senjata, tetapi dalam bentuk membangun peradaban: ilmu pengetahuan, teknologi, moralitas. Kenapa 2 Mei Dipilih sebagai Hari Pendidikan Nasional? Ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI No. 316 Tahun 1959. Karena 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, yang dianggap sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari ini diperingati bukan sekadar seremoni, tetapi sebagai momen refleksi: Apakah kita masih setia kepada cita-cita pendidikan nasional Apakah pendidikan kita masih memerdekakan manusia?

Lunturnya nilai karakter generasi muda di dunia Pendidikan

Realitas dunia pendidikan kita menghadirkan kegelisahan. Banyak peserta didik lebih mengejar prestasi akademik semata, tanpa membangun karakter luhur. Fenomena cheating, intoleransi, perilaku konsumtif, dan individualisme kian merebak di kalangan pelajar dan mahasiswa. Media sosial menjadi ladang subur bagi budaya instan, popularitas semu, dan kadang mengikis nilai kejujuran serta kerja keras. Bahkan, di kalangan insan cendekia yang sejatinya menjadi garda terdepan moralitas bangsa terjadi degradasi nilai. Kita menyaksikan sebagian akademisi terjebak dalam kasus plagiarisme, korupsi akademik, bahkan jual beli gelar. 

Budaya menyontek dianggap biasa. Banyak mahasiswa dan pelajar mengejar popularitas, melupakan etika. Fenomena intoleransi, bullying di sekolah, korupsi intelektual. Bila kita Kaitkan dengan kehidupan: “Mungkin kita pernah tergoda ikut-ikutan. Tapi sadarkah kita, setiap kali kita berkompromi dengan kejujuran, kita sedang menggerogoti masa depan bangsa kita sendiri?” Keynote: "Generasi hebat bukan hanya pintar, tapi bermoral."

Dampak negatif lunturnya karakter pada masa depan bangsa

Jika tren ini tidak dibenahi, masa depan bangsa akan menghadapi tantangan berat: Lahirnya generasi tanpa daya juang, tanpa integritas, yang mudah menyerah terhadap tekanan globalisasi. Hancurnya nilai gotong royong, persatuan, dan nasionalisme yang dahulu diperjuangkan dengan darah, keringat, dan air mata oleh para pahlawan bangsa. Cita-cita kemerdekaan untuk membangun bangsa yang adil, makmur, dan beradab bisa menjadi impian kosong. Sejarah mencatat: bangsa-bangsa besar runtuh bukan hanya karena kekalahan militer, tapi karena kemerosotan moral generasinya.

Bangsa kita bisa menjadi lemah jika generasinya tidak berkarakter. Sejarah dunia membuktikan: Bangsa besar hancur bukan karena musuh dari luar, tapi karena kemerosotan moral dari dalam.: “Bayangkan, andai para pahlawan seperti Soekarno, Kartini, Cut Nyak Dhien, menyaksikan kondisi kita hari ini... Apa yang akan mereka rasakan? Apakah mereka akan bangga?”. Kemerdekaan bisa hilang tanpa perlu penjajahan fisik, cukup dengan lunturnya nilai bangsa. Kunci: Membangun rasa tanggung jawab moral dan nasionalisme.

Pentingnya merawat nilai-nilai perjuangan para pahlawan

Mengembalikan pendidikan kepada esensinya: mencerdaskan kehidupan bangsa secara utuh intelektual, emosional, dan spiritual. Menanamkan nilai-nilai integritas, kejujuran, tanggung jawab, cinta tanah air, dan solidaritas sejak dini di dunia pendidikan. Menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, karena pendidikan karakter tidak hanya diajarkan, tetapi juga dicontohkan.

Tantangan Besar Generasi Muda dalam Menjaga Karakter Bangsa

Tantangan dalam Menjaga Nilai-Nilai Karakter: Globalisasi dan Westernisasi, budaya asing masuk tanpa filter, gaya hidup instan, individualisme, materialisme makin kuat mempengaruhi generasi muda, nilai seperti gotong-royong, rasa hormat kepada orang tua dan guru mulai luntur. Disrupsi Teknologi: Informasi begitu deras dan liar melalui internet, media social, literasi digital rendah membuat generasi muda rentan terhadap hoaks, radikalisme, ujaran kebencian, letergantungan pada teknologi menurunkan kecakapan sosial, empati, dan adab dalam kehidupan nyata, krisis Teladan, ligur publik dan elit kadang justru memberi contoh buruk: korupsi, manipulasi, hedonism, anak muda kehilangan sosok panutan sejati dalam kehidupan sosial dan politik.

Tantangan dalam Menjaga Empat Konsensus Dasar Bangsa

Tantangan nyata dalam menjaga empat consensus dasar bangsa adalah: Radikalisme dan Separatisme. Ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila terus menyusup, baik secara ideologis maupun kultural, ada gerakan yang ingin memecah belah NKRI, mengaburkan rasa persatuan. Ego Sektoral dan Fanatisme Sempit, fanatisme terhadap golongan, suku, atau agama tertentu tanpa toleransi terhadap keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika hanya menjadi slogan, tidak lagi menjadi semangat hidup, manipulasi Konstitusi. Ketidakpatuhan pada semangat UUD 1945, terutama dalam kehidupan bernegara dan berdemokrasi, demokrasi lebih banyak dipandang sebagai perebutan kekuasaan, bukan musyawarah untuk kebaikan bersama.

Tantangan dalam Menjaga Semangat Juang Kemerdekaan

Kemerdekaan dianggap sebagai hak biasa, banyak generasi muda lahir dalam kemerdekaan tanpa merasakan pahit getir perjuangan. Akibatnya, semangat juang bergeser dari semangat pengorbanan menjadi semangat "kenyamanan". Diantaranya dilakukan pragmatisme dan hedonism, orientasi hidup lebih kepada materi, popularitas instan, dan kenikmatan jangka pendek, semangat kerja keras, pengorbanan, dan perjuangan dianggap ketinggalan zaman. Kurang penghargaan terhadap simbol-simbol negara, pahlawan nasional, dan sejarah perjuangan bangsa.

Tantangan dalam Menjaga Nilai Adat, Budaya, dan Agama Ketimuran Erosi Budaya Lokal

Tradisi dan adat istiadat mulai ditinggalkan karena dianggap kuno dan tidak modern. Bahasa daerah, kesenian tradisional, nilai luhur lokal hampir punah di sebagian besar daerah. Liberalisasi Gaya Hidup, kebebasan tanpa batas diadopsi dari budaya luar: gaya hidup bebas tanpa mengindahkan norma agama dan social, menurunnya rasa hormat kepada orang tua, guru, dan tokoh adat, krisis Spiritualitas, agama hanya menjadi formalitas, bukan pedoman moral., agama dijadikan alat politik atau pembenaran kepentingan, bukan untuk membangun akhlak mulia. "Jika nilai karakter runtuh, maka empat konsensus bangsa akan goyah. Jika adat, budaya, dan agama ketimuran hilang, maka jati diri bangsa ini akan lenyap." Generasi muda hari ini bukan hanya berperan mempertahankan negara secara fisik, tetapi juga mempertahankan ruh bangsa: karakter, moralitas, dan identitas.

Pendidikan adalah Kunci Kemajuan Bangsa

Semua negara maju Jepang, Jerman, Korea Selatan membuktikan: kebangkitan nasional mereka dimulai dari pendidikan. Pendidikan melahirkan: ilmuwan, pemimpin, pengusaha, pejuang sosial, inovator. Tanpa pendidikan, kita hanya akan menjadi bangsa yang tertinggal, terjajah, dan tergantung kepada bangsa lain. "Bangsa yang buta ilmu akan menjadi bangsa yang diperbudak." Pendidikan Memastikan Keberlanjutan Semangat Kemerdekaan. Generasi muda hari ini tidak lagi bertempur melawan penjajah bersenjata, tapi bertempur melawan: kebodohan, kemiskinan, kesenjangan, intoleransi, korupsi moral. pendidikan adalah perisai untuk melawan penjajahan bentuk baru: penjajahan budaya, penjajahan teknologi. "Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan pikiran, jiwa, dan karakter."

Pendidikan Melestarikan Nilai Budaya, Agama, dan Identitas Nasional. Melalui pendidikan, nilai luhur bangsa Indonesia seperti: gotong royong, toleransi, rasa hormat, ketakwaan, nasionalisme diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. tanpa pendidikan yang berbasis budaya dan agama, identitas bangsa akan luntur dan akhirnya hilang. "Pendidikan adalah benteng terakhir bangsa agar tidak kehilangan jati dirinya." Pendidikan Menjadi Sarana Membela Negara di Era Modern. Di zaman ini, bela negara bukan hanya mengangkat senjata.

PR Paling Utama Generasi Muda Agar NKRI Tetap Utuh di Tengah Segala Cobaan

PR generasi muda: Harus menjadi jembatan, bukan sekat, mengutamakan dialog, toleransi, saling pengertian, bukan saling curiga dan saling menyakiti, "Indonesia tidak akan bubar karena perbedaan, tapi karena kita gagal merangkul perbedaan.", menjaga dan Menghidupkan Empat Pilar Kebangsaan: Pancasila harus jadi way of life, bukan sekadar hafalan. UUD 1945 dipahami sebagai pedoman, bukan sekadar dokumen hukum. NKRI dijaga dengan komitmen, bukan hanya dipuja-puja. Bhinneka Tunggal Ika dihidupi dalam sikap, bukan hanya diucapkan.

NKRI ini tidak diwariskan untuk dirusak, NKRI ini diwariskan untuk diperjuangkan agar tetap hidup, bahkan lebih kuat di tangan kalian, generasi muda. Kalau hari ini kita malas belajar, malas berkontribusi, malas menjaga persatuan, maka kita sedang menghancurkan Indonesia dengan tangan kita sendiri.

Kasus terkini yang menggambarkan rendahnya kualitas sdm dalam dunia pendidikan indonesia

Kita harus sadari, bahwa kasus kekerasan di lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakter generasi bangsa selanjutnya. Bullying masih marak terjadi di sekolah hingga perguruan tinggi, bahkan memakan korban jiwa. Kekerasan fisik dan verbal dari guru kepada siswa, atau sebaliknya, mencerminkan kegagalan membangun budaya pendidikan yang beradab. Cermin lemahnya karakter bangsa di level akar rumput. Rendahnya Prestasi Akademik di Tingkat Internasional. Skandal Ijazah Palsu dan Gelar Akademik Instan. Marak kasus pembuatan ijazah palsu atau praktik beli gelar dari universitas abal-abal. Contoh: Kasus universitas palsu di Jakarta (2024) yang menjual gelar sarjana hingga doktor dalam hitungan minggu. Fenomena ini menunjukkan sebagian masyarakat lebih mementingkan simbol pendidikan (ijazah) daripada proses dan kualitas pendidikan itu sendiri. Mentalitas instan lebih dihargai daripada kerja keras dan kompetensi.

Kasus Korupsi di Sektor Pendidikan. Kasus korupsi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), program pembangunan sekolah, hingga dana beasiswa kerap terjadi. Contoh: Korupsi dana BOS di sejumlah daerah yang menyeret kepala sekolah dan pejabat pendidikan (2023–2024). Korupsi di dunia pendidikan berarti menghancurkan masa depan bangsa sejak akarnya. Bagaimana mau membangun generasi emas kalau gurunya sendiri merusak fondasinya?

Konten Digital Pendidikan yang Kurang Bermutu. Banyak siswa lebih tertarik pada konten hiburan kosong dibandingkan konten edukatif. Guru dan institusi pendidikan masih banyak yang gagap digital: Tidak mampu membuat pembelajaran online yang menarik, Tidak mampu membangun budaya belajar berbasis teknologi dengan efektif. Era digital adalah peluang, tapi karena kurang kesiapan SDM, malah jadi jebakan kemunduran.

Sebagai Penutup, Pendidikan adalah cermin dari karakter bangsa. Jika pendidikan kita rusak, maka masa depan bangsa ini rapuh. Apa Yang Harus Dilakukan? Generasi muda harus sadar: bahwa membangun kualitas diri bukan sekadar mengejar gelar, Tapi membangun integritas, kompetensi, kreativitas, dan moralitas. Pendidikan bermutu menjadikan bangsa bermartabat. Pendidikan lemah maka bangsa mudah dijajah kembali.

"Oleh:Dr. Anak Agung Putu Sugiantiningsih.,S.IP.,M.AP(Akademisi Universitas Warmadewa)

SMA Negeri 2 Monta Gelar Upacara Peringatan HARDIKNAS Tahun 2025


Bima NTB. Media Dinamika Global.id. Segenap Civitas Akademika SMAN 2 Monta mengucapkan selamat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 dengan Tema "Partisipasi semesta wujudkan pendidikan bermutu untuk semua". 

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional Tingkat Kabupaten Bima tersebut, Segenap Civitas Akademika SMA Negeri 2 Monta melaksanakan Upacara yang digelar di Lapangan sekolah setempat.

Pada kesempatan tersebut, Wakasek SMA Negeri 2 Monta Furkan Ardidianto, S.Pd., Gr membacakan amanat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, yang bertemakan “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Jum'at, (02/05/25).

Amanat tersebut menekankan bahwa Hardiknas bukan hanya seremoni tahunan, tetapi momentum untuk memperkuat komitmen dan dedikasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Pendidikan adalah proses membangun kepribadian utama, akhlak mulia, dan peradaban bangsa. Pendidikan juga menumbuhkan potensi manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, serta mencapai kesejahteraan material dan spiritual,” demikian bunyi amanat yang dibacakan Wakasek.


Menutup amanatnya Furkan mengajak seluruh Civitas Akademika SMA Negeri 2 Monta dan pada umumnya masyarakat Monta Selatan untuk bersatu padu mendukung kemajuan pendidikan yang ada di SMA Negeri 2 Monta, guna mewujudkan pendidikan yang bermutu untuk semua.

Pendidikan merupakan kunci masa depan yang lebih baik bagi anak-anak didik maupun generasi-generasi kita, baik masa sekarang hingga masa yang akan datang, mari kita berkomitmen untuk mendukung pendidikan yang berkualitas sesuai Asta Cita Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. (MDG 02).

Kamis, 24 April 2025

Rudy Basanak: Anak Desa Berpikir Luas Bertindak Global


Mataram. Media Dinamika Global.Id.- Desa Madawau kecamatan madapngga kabupaten Bima-NTB yang dikelilingi oleh pegunungan, Seorang pemuda bernama Surya Ghempar dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan selalu berusaha memberikan inspirasi dan motivator untuk keluarganya dan masyarakat banyak. Setiap langkah yang diambil Surya Ghempar adalah langkah yang penuh makna dapat membawa manfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Sejak kecil, Surya Ghempar di didik oleh kedua orang tuanya untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka mengajarkan nilai-nilai penting tentang kebersamaan, komitmen, kepedulian, dan kepahitan,

Surya Ghempar sekarang bertekad untuk membuat perbedaan. Ia percaya bahwa setiap jejak kaki yang ditinggalkannya dapat menjadi inspirasi dan motivator bagi orang lain terutama adik-adiknya.

Setiap pagi, Surya Ghempar berjalan menyusuri jalan untuk mendapatkan informasi dan membangun jejari komunika emosional dengan berbagai instansi dan lembaga negara. Di sepanjang jalan, ia menyapa tetangga dan membantu mereka yang membutuhkan. Tindakan kecil ini tetapi berdampak besar.

Surya Ghempar memahami bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam memberi untuk saling melengkapi terutama kalangan masyarakat awam.

Sekarang Surya Ghempar sedang mengemban profesi jurnalistik yang menjabat sebagai Pimpinan Media Dinamika Global.Id (Media Cetak) yang masih menempuh Studi Pascasarjana (S2) di Kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMat). 

Sejauh ini Surya Ghempar sudah  berbuat banyak hal kebaikan dan membuka Trobosan-trobosan di tanah kelahiran maupun di provinsi NTB terutama memberikan edukasi positif dan mampu merawat generasi-generasi penerus.

Kedua orang tuanya mengajarkan dan membesarkan dengan suka duka serta terus berjuang tanpa mengenal lelah, panasnya sinar matahari, dinginnya air hujan, pergi pagi pulang sore bahkan malam dengan upah standar dan tidak mencupi kebutuhan setiap hari. 

Tidak hanya itu, Kedua orang tuanya kuliahkan dia dengan hasil jari jemari didorong faktor ekonomi yang lemah dan menjadi caki maki di tengah-tengah kehidupan sosial yang membicarakan kiri kanan beburukan orang lain.

Waktu itu, masih ingat kata orang-orang terhadap terhadap kedua orang tuanya dengan kata bahasa Bima "KULIAH ANA LABO WATI EDA EDA NGHA" artinya kuliahkan anak tapi nggak punya nasi.

Hal tersebut adalah tidak memutuskan semangat tuanya untuk banting tulang bagaimana anaknya bisa berpendidikan, faktanya sekarang dia mampu menyelesaikan studi S1 dengan gelar sarjana S.Pd.I

Dilihat perjalanan hidupnya, Surya Ghempar selalu mengajak orang-orang di sekitarnya untuk percaya bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri. Ia menunjukkan bahwa meskipun tantangan akan selalu ada, dengan kerja keras dan kepedulian, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik.

Setiap jejak kaki Surya Ghempar bukan hanya jejak fisik, tetapi juga jejak inspisi dan dapat memberi manfaat bagi keluarganya dan orang banyak, menciptakan warisan kebaikan yang akan terus dikenang. Dalam setiap langkahnya.

Surya Ghempar Sosok Pemuda Desa berpikir luas bertindak Global.

Penulis : Rudy Basanak.

Sabtu, 19 April 2025

Ico Rahmawati M.Pd, Terpilih Sebagai Ketua PGRI Masa Bakti XXIII Tahun 2025-2030


Bima NTB. Media Dinamika Global.id. Pelaksanaan konferensi PGRI masa bakti XXIII Tahun 2025-2030 kembali di gelar di gedung PGRI Kabupaten Bima Sabtu, (19/04/25)

Konferensi dalam rangka pemilihan Ketua PGRI Kabupaten tersebut di buka secara resmi oleh Wakil Bupati Bima dr. H. Irfan.


Sebelum dilaksanakan pemilihan Ketua PGRI 

masa bakti XXIII Tahun 2025-2030, juga terdapat pembacaan pertanggungjawaban sesuai dengan usulan dari beberapa Kecamatan terhadap kepengurusan sebelumnya.


Pada kesempatan itu, yang berkesempatan terdapat dua kandidat sebagai calon Ketua PGRI yaitu Ico Rahmawati M.Pd dan Ramli S.Pd.M.Pd.


Setelah melalui tahapan pemilihan sampai dengan proses penghitungan suara pemilih, rupanya pada kompetisi tersebut Ico Rahmawati M.Pd mengungguli pasangan calonnya Ramli S.Pd.M.Pd dengan perolehan suara sebanyak 281-170.


Dengan keunggulan perolehan suara tersebut 

Ico Rahmawati M.Pd menjadi Ketua PGRI Kabupaten Bima terpilih masa bakti XXIII Tahun 2025-2030.


Ico Rahmawati M.Pd pada kesempatan itu menjelaskan, hari ini saya telah resmi menjadi ketua terpilih PGRI Kabupaten Bima tentunya ini merupakan sebuah rahmat yang datang dari Allah SWT, ujarnya dengan penuh haru.


Selain itu juga sambungnya, ini juga merupakan sebuah amanah harus saya jalankan dengan baik selama lima tahun kedepan.


Terimakasih kepada Korwil Pendidikan, PC PGRI, Pengawas dan Guru-guru yang sudah mempercayai saya untuk menohadai PGRI Kabupaten Bima untuk lima tahun kedepan yaitu masa bakti XXIII Tahun 2025-2030.


Dengan kepercayaan ini saya ingin PGRI Kabupaten Bima semakin maju, saya perjuangkan nasib guru serta memajukan dunia pendidikan dengan mendorong guru-guru yang profesional dengan motto "Transformasi PGRI Menuju Indonesia Emas dan Bima Bermartabat". (MDG 02)

Dinas Pemuda Dan Olahraga NTB Akan Dilebur Dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan Berdiri Sendiri


Kepala Dinas Dikbud NTB, Aidy Furqan

Mataram, Media Dinamika Global.id.– Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB berencana melakukan restrukturisasi dinas-dinas terkait pendidikan dan kebudayaan. Dinas Pemuda dan Olahraga akan dilebur dan digabung kembali dengan Dinas Pendidikan NTB, sementara bidang kebudayaan akan berdiri sendiri menjadi Dinas Kebudayaan NTB.


Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Aidy Furqan menyatakan pihaknya akan mempersiapkan peleburan tersebut dengan baik sesuai arahan Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal. “Kami akan melakukan persiapan yang matang untuk memastikan transisi ini berjalan lancar dan efektif,” kata Aidy beberapa waktu lalu.

Dengan dipisahnya bidang kebudayaan dari pendidikan, diharapkan penanganannya dapat lebih fokus dan terkawal dengan baik. “Dengan demikian, tradisi-tradisi yang ada di NTB dapat lebih menonjol dan tetap terjaga,” tambah Aidy.

Meskipun akan berdiri sendiri, Dinas Kebudayaan NTB tetap akan memiliki aspek pendidikan dalam kegiatannya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa nilai-nilai budaya tetap dapat disampaikan kepada generasi muda.

Restrukturisasi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan pendidikan dan kebudayaan di NTB, serta mempromosikan kekayaan budaya daerah kepada masyarakat luas. (Sekjend MDG)