STIT Sunan Giri Bima Gelar Kegiatan Pra Kuliah PBAK 2025 - Media Dinamika Global

Sabtu, 27 Desember 2025

STIT Sunan Giri Bima Gelar Kegiatan Pra Kuliah PBAK 2025


Kota Bima, Media Dinamika Global.id.// Seperti sebuah barang yang tersimpan lama di gudang, berdebu namun menyimpan nilai tersembunyi, demikianlah keterampilan dalam diri manusia. Ia sering tak tampak, terlupakan, bahkan dianggap tak berguna. Namun ketika disentuh, dibersihkan, dan diasah, ia akan memantulkan cahaya, menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat. Demikian pula diri seorang mahasiswa: di dalamnya ada potensi yang kerap tak disadari, ada bakat yang menunggu untuk ditemukan, ada keterampilan yang jika digali akan menjadi bekal besar dalam perjalanan hidup.

Di antara hiruk-pikuk kehidupan akademik yang seringkali diidentikkan dengan buku-buku tebal, ruang kelas, dan deretan teori yang kering, ada sebuah peristiwa kecil namun sarat makna yang berlangsung di bumi Bima, tepatnya di kampus STIT Sunan Giri Bima. Pada tanggal 1 hingga 24 Agustus 2025, kampus ini menggelar sebuah kegiatan Pra kuliah yang berbeda dari kebanyakan perguruan tinggi. Bukan sekadar pengenalan kampus atau materi administratif, melainkan sebuah perjalanan untuk menyelami jati diri, sebuah upaya untuk menyingkap keterampilan yang bersemayam dalam diri setiap calon mahasiswa. Tema yang dipilih---"Mengenal Skill dari Dalam Diri"---telah cukup untuk menggambarkan hakikat acara ini: sebuah penjelajahan menuju potensi yang kerap tertidur, sebuah pengasahan agar kelak mereka menjadi insan yang bukan hanya pandai berpikir, tetapi juga terampil berkarya.

Kegiatan ini bukan sekadar formalitas akademik yang harus dijalani sebelum masuk perkuliahan. Ia adalah semacam latihan jiwa, perjalanan batin sekaligus pengasahan keterampilan praktis. Selama 24 hari penuh, para calon mahasiswa dibimbing untuk mengenal apa yang mereka minati, apa yang menjadi kekuatan, dan bagaimana menjadikannya bekal di kemudian hari. Seakan kampus ingin berbisik lembut kepada mereka: "Kenalilah dirimu sebelum engkau mengenal dunia."

Di ruang-ruang sederhana yang ditata seadanya, mereka mulai belajar. Tangan-tangan muda itu bergerak, memahat, mengikat, merangkai, menjahit, menulis, bahkan mengolah barang-barang bekas menjadi sesuatu yang bernilai. Dari serbuk kayu dan botol plastik bekas air mineral yang biasanya hanya terbuang, mereka belajar membuat sofa sederhana. Dari kayu yang terbuang lahirlah karya yang bermanfaat seperti gantungan kunci. Dari kain-kain yang tampak usang, dan Styrofoam bekas yang sering kita jumpai berserakan dan terbuang bigitu saja, mereka belajar mengolah semua itu menjadi suatu karya yg luar biasa. menjahit, membatik, hingga melukis menorehkan warna dan pola yang tak sekadar indah, melainkan menyimpan nilai budaya.

Mereka juga duduk bersila di ruangan, mengikuti materi kepenulisan. Di sana, kata-kata yang sebelumnya hanya lintasan pikiran, mulai ditangkap dan ditulis. Mereka diajak menulis dari hal-hal kecil, tentang diri sendiri, tentang pengalaman sehari-hari, hingga kelak mampu melahirkan karya yang utuh, berupa cerpen, puisi, artikel, bahkan buku. Mereka pun diperkenalkan pada perangkat sederhana: Microsoft Word. Sebuah perangkat yang tampak sepele bagi sebagian orang, namun amat penting sebagai bekal mahasiswa. Dengan keterampilan ini, mereka tak lagi bingung saat dosen meminta makalah, jurnal, atau laporan.

Maka pra kuliah ini bukan sekadar pengenalan, tetapi pembekalan. Ia adalah perjalanan singkat yang mempersiapkan mereka agar tidak gagap menghadapi dunia akademik, agar tak hanya mengandalkan teori, tetapi juga terbiasa berkreasi, berproduksi, dan berdaya guna.

Tanggal 25 hingga 28 Agustus 2025 menjadi penanda lain: dimulainya kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Sebuah agenda yang setiap tahun menjadi gerbang resmi masuknya mahasiswa baru. Namun ada yang berbeda di STIT Sunan Giri Bima.

Di kampus ini, kebutuhan untuk PBAK tidak semata-mata dipenuhi dengan membeli produk dari luar. Mahasiswa sendirilah yang memproduksinya. Tas, buku catatan, gantungan kunci, hingga ID card---semua lahir dari tangan-tangan mereka sendiri. Spanduk, baju, bahkan pernak-pernik lain yang dibutuhkan dalam kegiatan, mereka buat dengan semangat kebersamaan. Kampus ini seakan ingin menegaskan bahwa mahasiswa bukanlah konsumen pasif, melainkan produsen aktif. Bahwa kegiatan akademik tidak boleh lepas dari semangat kemandirian.

Lahirnya organisasi bernama Laskar Bima Craft (LBC) menjadi bukti nyata. Sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menjadi wadah bagi kreativitas mahasiswa, tempat mereka mengolah keterampilan menjadi karya, dan karya menjadi sumber daya. Di sini mereka tidak hanya dididik untuk berpikir kritis, tetapi juga untuk produktif.

Dari ruangan sederhana di pojok kampus, terdengar denting mesin jahit, derak kayu yang dipahat, dan derap langkah mahasiswa yang mengangkut bahan. Suasana itu seakan menyatakan bahwa kampus bukan sekadar tempat belajar teori, melainkan bengkel kehidupan tempat manusia ditempa untuk menjadi berdaya.(Sekjend MDG)

Comments


EmoticonEmoticon