AKBP Marieta Dwi Ardhini SH.,,S.I.K Menunjukkan Pemberantasan Koba-Koba di Pulau Sumbawa - Media Dinamika Global

Rabu, 17 Desember 2025

AKBP Marieta Dwi Ardhini SH.,,S.I.K Menunjukkan Pemberantasan Koba-Koba di Pulau Sumbawa


Sumbawa NTB, Media Dinamika Global.id.// Sejak dilantik sebagai Kapolres Sumbawa pada Juli lalu, AKBP Marieta Dwi Ardhini, S.H., S.I.K. menunjukkan satu hal yang selama ini langka dalam pemberantasan koba di pulau Sumbawa, selalu hadir langsung memimpin di lapangan. Bukan sekadar perintah dari balik meja. Bukan hanya rilis foto dan konferensi pers. Bahkan tidak sampai seminggu setelah dilantik, langkah pertamanya saat itu adalah masuk ke kampung koba.

Saya tidak mengenal secara pribadi Kapolres Sumbawa, tidak pernah bertemu, tidak pernah duduk satu meja dan tidak pernah berkoordinasi langsung dalam bentuk apa pun.

Tidak ada relasi personal, tidak ada kepentingan, tidak ada kerja sama tersembunyi. Satu-satunya interaksi saya saat beliau dilantik, saya mengucapkan selamat melalui WhatsApp pribadi, disertai doa agar beliau diberi integritas dan ketegasan dalam memberantas koba di Sumbawa. Dalam empat bulan terakhir setiap kali saya berada di Sumbawa, saya selalu menyapa melalui WA pribadi, sekadar menanyakan kabar dan mengingatkan satu pesan yang sama untuk tetap kuat melawan koba, jangan beri ruang kompromi. Namun yang pasti adalah tidak satu pun pesan WA saya dibalas sampai hari ini.

Itu menunjukkan bahwa narasi yang saya sampaikan hari ini bukan karena kedekatan, bukan karena akses, bukan karena komunikasi intens, apalagi karena koordinasi. 

Lalu dari mana penilaian saya tentang kepemimpinannya berbeda? 

Saya mengikuti, memantau, dan membaca pola kepemimpinan beliau sejak awal menjabat, bagaimana ia memulai langkah pertama, di mana ia memilih hadir, apakah ia hanya muncul di rilis pers atau turun ke lokasi, apakah ia menyerahkan operasi ke bawahan atau memimpin sendiri. Dan fakta yang saya temukan, ia konsisten turun langsung sampai sekarang, Ia memimpin sendiri. Ia hadir di lapangan, bukan hanya di kamera. Ini bukan asumsi tapi jejak tindakan yang bisa kalian buktikan sendiri.

Selama ini ada persepsi oknum bahkan tuduhan bahwa saya membenci polisi, anti institusi kepolisian dan ingin merusak wibawa aparat. Itu keliru!

Sejak awal sikap saya jelas dan konsisten bahwa saya melawan koba bukan institusi, saya melawan oknum bukan polri sebagai sistem.

Perlawanan saya selama ini termasuk membongkar jaringan koba yang melibatkan oknum Resnarkoba di wilayah hukum Polda NTB lahir dari satu niat, yaitu membantu negara membersihkan penyakit dari dalam.

Sebab untuk memerangi koba, negara tidak butuh aparat yang sempurna. Negara hanya butuh aparat yang jujur dan berintegritas. Ketika aparat jujur, publik akan berdiri di belakangnya. Ketika aparat berani, masyarakat akan ikut melindungi.

Bagian yang jarang dibicarakan secara jujur adalah kepemimpinan perempuan dalam memerangi koba. Dalam rentetan investigasi yang saya lakukan selama ini, pola yang sama selalu muncul, yaitu negosiasi di balik penindakan, kompromi dengan pelaku, setoran, jatah, pengamanan jaringan, keterlibatan kasta koba hingga level kasat, kanit dan buser. Dan hampir selalu, struktur itu dipimpin oleh laki-laki. Bukan karena semua polisi laki-laki buruk. Tapi karena pola maskulinitas tertentu dalam penanganan koba terlalu percaya relasi, terlalu longgar pada kompromi dan mudah masuk wilayah neg*osiasi kekuasaan dan uang.

Bagi saya kepemimpinan perempuan menjadi relevan saat ini dalam kondisi Pulau Sumbawa yang berada di zona merah koba. Secara psikologi kepemimpinan perempuan terutama dalam posisi strategis cenderung memiliki intuisi perlindungan yang kuat, sensitivitas terhadap dampak jangka panjang, empati pada korban bukan pelaku, orientasi pada generasi bukan sekadar target kasus.

Koba bukan sekadar angka penangkapan, tapi soal anak-anak yang hancur, ibu yang kehilangan dan generasi yang rusak sebelum tumbuh. Kita butuh naluri keibuan, sehingga ketika hadir sosok pemimpin perempuan dalam penegakan hukum koba, memandang pengguna dan pengedar bukan sebagai objek transaksi, melainkan sebagai ancaman nyata terhadap masa depan anak-anak kita. Dan dari apa yang saya lihat di Sumbawa empat bulan terakhir, naluri itu bekerja.

Bismillahirrahmanirrahim, mudah-mudahan tegar dan tetap komitmen dalam pemberantasan koba di wilayah hukum Polres Sumbawa ibu komandan. (Sekjend MDG)

Comments


EmoticonEmoticon