Membandingkan Gagasan Tiga Capres tentang Pembangunan Desa


Opini. Media Dinamika Global. Id. -Membangun Indonesia harus dimulai dari desa, bukanlah ungkapan manis belaka. Desa telah terbukti memberikan kontribusi hingga 74 persen terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional. Sederhananya jika perekonomian desa kuat, maka perekonomian nasional juga kuat.

Sebagai gerbang awal pembangunan, penting bagi kita melihat bagaimana para kandidat bakal calon presiden memandang tentang desa. Dengan begitu, paling tidak kita akan tahu gagasan dan terobosan mereka untuk kemajuan desa di masa depan.

Agar lebih jelasnya, akan saya paparkan di bawah ini pandangan ketiga bakal calon presiden yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.  

1. Prabowo Subianto

Dari ketiga bakal capres, Prabowo satu-satunya yang belum pernah merasakan menjadi kepala daerah. Sepanjang hidupnya, karir Prabowo lebih banyak di militer. Pengalaman eksekutifnya baru dirasakan sekarang yakni sebagai Menteri Pertahanan. Itupun notabene berhubungan dengan militeristik.

Soal gagasan tentang desa, saya menyimaknya saat Prabowo hadir pada acara Apdesi bulan Juli lalu. Dalam forum itu Prabowo menyampaikan tentang potensi sumber daya alam di Indonesia. Termasuk sektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan. 

Prabowo bilang, kalau potensi itu dikelola secara maksimal dan diperuntukkan untuk masyarakat, kesejahteraan bakal dirasakan. Dia juga bicara soal transisi energi. Katanya, energi tidak boleh tergantung BBM dari luar. Kita mesti swasembada energi pangan dan mengelola kekayaan supaya menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat.

Dia juga mengklaim telah memperjuangkan dana desa Rp 1 miliar satu desa. Prabowo bahkan menyebut Apdesi dan dirinya merupakan kawan seperjuangan. Bahkan dia menunjukkan foto piagam komitmen kepada Apdesi untuk memperjuangkan dana desa dalam forum itu.

Untuk seorang yang belum memiliki pengalaman jadi kepala daerah, gagasan Prabowo ini cukup menarik. Meskipun itu baru sebatas awang-awang kalau orang Jawa bilang. Karena tanpa pengalaman mumpuni, tidak mudah mewujudkan apa yang dia katakan, terutama soal transisi energi dan pertanian.

Namun gagasan Prabowo itu entah kenapa terbantahkan dengan sendirinya. Sebab saat bicara soal potensi sumber daya alam dan swasembada pangan, tidak berbanding lurus dengan aksinya ketika menggarap food estate.

Padahal itu program bukan sekadar swasembada pangan tapi membuat cadangan hingga ekspor jika hasil panen surplus. Namun saat diberikan mandat Presiden Jokowi menggarap food estate di Kalimantan Tengah, Prabowo gagal. Hasil panen buruk, dan ribuan hektar perkebunan mangkrak.

2. Anies Baswedan

Berbeda dengan Prabowo, Anies pernah memiliki pengalaman menjadi kepala daerah. Dia pernah menjadi seorang Gubernur DKI Jakarta, juga seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan walau setelah dua tahun masa kerjanya diberhentikan oleh Presiden Jokowi. Namun pengalaman itu fakta dan tak bisa ubah. Walau tidak sering, dia pasti pernah bersinggungan langsung dengan masyarakat. 

Sama seperti Prabowo, saya menyimak gagasan Anies tentang desa dalam forum Apdesi. Dia bilang kalau desa bisa membawa Indonesia jadi lumbung pangan bila dimajukan dan dikembangkan. Anies juga menyoroti penduduk desa yang terus berkurang.

"Bapak ibu bayangkan kalau penduduk kota meningkat, sedangkan penduduk desa menurun, jumlah sawah menurun, tentu ketahanan pangan kita menjadi tantangan," ucap Anies.

Dengan sumber daya alam melimpah, Anies melihat desa bisa jadi lumbung pangan Asia. Dia juga berharap agar desa menjadi pusat pelestarian dan pengembangan budaya. Menurutnya, desa jangan sampai dianggap masa lalu yang tak berkembang dan tak dilestarikan.

Bahkan Anies memberikan kunci agar desa bisa sejahtera. Diantaranya terpenuhinya pendidikan, kesehatan, air bersih, dan akses sanitasi seperti MCK. Dia juga mengajak kita melihat ke depan dan harus membayangkan desa yang sehat.

Gagasan Anies tak beda jauh dengan Prabowo. Sama-sama menyoroti lumbung pangan. Hanya saja Anies menambahinya dengan persoalan pendidikan dan mengajak kita semua sama-sama membayangkan desa yang sehat.

Meski punya pengalaman sebagai kepala daerah, tapi itu juga yang membuat Anies memiliki julukan yakni pemimpin retorika. Anies kerap kali diasosiasikan sebagai pemimpin yang no action, talk only. 

Bukan menuduh atau bagaimana, tapi kalau melihat fakta yang ada Anies memang demikian. Dia pernah berkata di hadapan Dahlan Iskan bahwa akan membuat joging track di atas atap JIS. Tapi sampai kini hal itu tidak terealisasi. Kemampuan mengolah katanya yang super keren bahkan tidak dimiliki bakal capres lainnya jadi anugerah bagi Anies. 

Lalu kalau menengok janji kampanyenya di Jakarta, Anies masih menyisakan PR besar. Program DP 0 persennya jalan di tempat dan jauh dari target. Bahkan polemik bergulir saat minimal penghasilan warga yang bisa menerima program ini, dari semula minimal Rp 7 juta menjadi Rp 14 juta. 

Belum lagi program OK OCE yang menjanjikan 200.000 wirausahawan, tapi hanya 6.000 yang mendapat modal. Dengan bekal fakta ini, lagi-lagi mudah membayangkan gagasan yang Anies bawa tentang desa. Tapi mewujudkannya tentulah sulit. Bergantung pengalaman serta penguasaan lapangan.

3. Ganjar Pranowo

Ada yang menarik saat membahas Ganjar. Disaat Prabowo dan Anies memaparkan gagasan soal transisi energi, lumbung pangan, pendidikan hingga sanitasi, Ganjar justru telah mewujudkannya selama menjabat Gubernur Jateng dua periode.

Di bawah kepemimpinannya, Jawa Tengah memiliki 2.353 desa mandiri energi. Energi terbarukan itu mulai dari pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, sampah, serta pemanfaatan energi nonlistrik seperti biodesel, biogas, biomasa, dan gas rawa.

Salah satu yang merasakan terobosan EBT ini datang dari Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Berkat kegigihan Ganjar, mereka memanfaatkan gas rawa sebagai pengganti gas elpiji. Bahkan mereka bisa menghemat Rp 100 ribu setiap bulannya.

Ganjar bahkan sudah menggelontorkan Rp 8,4 triliun untuk desa. Dengan dibantu para kades, 10 ribu kilometer jalan desa terbangun, menyediakan jutaan meter drainase dan talud, melakukan renovasi terhadap 339 unit kantor desa hingga mendirikan 1.197 unit sarana kesenian desa.

Tak hanya itu, Ganjar juga turut merenovasi 128 unit gedung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sebanyak 79 unit perpustakaan desa, lalu melakukan kegiatan pengembangan kelompok masyarakat 239 kali, membangun 515 unit lumbung desa, 75 unit laboratorium desa, dan pengembangan Bumdesma di 89 desa.

Lalu soal sanitasi yang disinggung Anies, Ganjar telah mewujudkannya dengan berhasil mengurangi Open Defecation Free (ODF) di Jawa Tengah lewat pembangunan 37.869 jamban untuk warga. Pemenuhan sanitasi ini penting untuk menciptakan lingkungan sehat.

Gebrakan Ganjar lainnya yakni pembangunan ribuan embung desa yang membuat para petani di Sragen dan wilayah lainnya di Jateng panen tiga kali dalam setahun. Ditambah program desa wisata yang memberikan efek perekonomian besar bagi masyarakat desa.

Pengalaman memang tak bisa bohong. Karir politik Ganjar yang pernah dua periode di legislatif dan dua periode di eksekutif menjadikannya matang dan lebih unggul dari bakal capres lainnya. Belum lagi sepak terjangnya yang sukses memperjuangkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2015 tentang Desa. 

Inilah gagasan ketiga bakal capres tentang pembangunan desa. Mudah-mudahan ini jadi pencerahan bagi kita dalam memilih pemimpin pada Pilpres 2024 nanti. Tentu saja, pemimpin yang bukan hanya dipenuhi awang-awang, namun dia yang sudah siap kerja serta memahami kondisi desa sebenarnya. Sehingga 18 SDGs Desa bisa terwujud dengan baik. Oleh : Rika Sudjiman (***)

Load disqus comments

0 comments