
Bima, NTB. Media Dinamika Global.Id.-Masuknya Islam di Tanah Bima NTB tidak bisa dipisahkan masuknya Islam di Tanah Ujung Pandang/Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam Buku Catatan Sejarah Kerajaan Bima " Bo Sangaji Kai" tercantum Tahun kedatangan Mubaliq Islam di Bima pada Tahun 1018 H/ 1609 M " Datu' DiBanta dan Datu' DiTiro Pada Zamannya Raja La Kai (Sultan Abdul Kahir)
Dalam "Bo Melayu" tercantum masuknya Islam di tanah Bima pada awal mulai dilantiknya Raja La Kai " Ruma Ma Bata Wadu"/Raja Bima ke-26 sebagai Sultan Bima, keadaan dikacaukan oleh Pamannya yang ingin merebut kekuasaan.
La Kai meminta bantuan ke Gowa Sulawesi Selatan, melalui Pelabuhan Nanga Kanda ( Wera ) melewati Pulau Sangiang dan bahkan sampai sekarang Gunung Sangiang juga di lewati oleh masyarakat lebih-lebih mahasiswa Bima yang naik Kapal Pelni menuju/merantau ke Makassar, La Kai memeluk Agama Islam di Gowa, di nikahkan dengan adik ipar Sultan Gowa Alauddin, yaitu Putri dari Karaeng Kasuarang Sandra Bone bernama "Daeng Sikontu"
Kembali ke Bima dilantik sebagai Sultan dan nama La Kai di ganti menjadi Abdul Kahir, membangun Masjid pertama di Desa Kalodu, Kecamatan Langgudu, agama Islam di tetapkan sebagai agama resmi Kesultanan Bima, setelah wafat 1640 di beri gelar Ruma Ma Bata Wadu.
Silsilah Sultan-Sultan Bima Yang Memerintah Setelah Masuk Islam di Bima Pada Tahun 1609 dan Masa Pemerintahannya.
Tahun :
1. 1611 - 1640:
Abdul Kahir Ma Ntau Bata Wadu ( anak dari Raja Ma Ntau Asi Sawo ( lahir : 1007 H = 1598 AD, wafat : 22 - 12 - 1640 ( usia 57 tahun ).
2. 1640 - 1682 :
Abil Khair Sirajuddin Ma Ntau Uma Jati ( anak dari Abdul Kahir Ma Ntau Bata Wadu ), lahir : 1040 H = 1630 AD, wafat : 23 - 7 - 1682 (usia 53 tahun)
3. 1682 - 1687 :
Nuruddin Abubakar Ali Syah Ma Wa'a Paju (anak dari Abil Khair Sirajuddin Ma Ntau Uma Jati) sebelumnya bernama Mapparabung Daeng Mattalli Karaeng Panarangang, lahir 13 - 12 - 1651, wafat 23 - 7 - 1687(usia 37 tahun).
4. 1687 - 1696:
Jamaluddin Ali Syah Ma Wa'a Romo (anak dari Nuruddin Abubakar Ali Syah Ma Wa'a Paju) lahir 1669, wafat 6-7-1697 (usia 27 tahun).
5. 1696 - 1731:
Hasanuddin Muhammad Ali Syah Ma Bata Bou (anak dari Jamaluddin Ali Syah Ma Wa'a Romo) lahir 7-9-1689. wafat 23 - 1- 1731 (usia 40 tahun)
6. 1731 - 1748:
Ala'uddin Muhammad Syah Ma Nuru Daha (anak dari Hasanuddin Muhammad Ali Syah Ma Bata Bou) sebelumnya bernama Abdullah Sulaiman Ali Syah, lahir 1119 H = 1707 - 1708, wafat 17/27-5-1748 (usia 42 tahun)
7. 1748 - 1750:
Kamalat Syah (anak putri dari Ala'uddin Muhammad Syah Ma Nuru Daha) sebelumnya bernama Rante Patola Sitti Rabi'ah, lahir 27-4-1728, diturunkan dari tahta oleh Belanda: 28-6-1751 karena kawin dengan anak Raja Tallo Nadjamuddin bernama Muhammad Jamala Mappatolla Karaeng Kandjilo, (usia 39 tahun).
8. 1751 - 1773:
Abdul Kadim Muhammad Syah Zillulahi Fi'il Alam Ma Wa'a Taho (anak dari Ala'uddin Muhammad Syah Manuru Daha) sebelumnya bernama Sri Nawa, lahir 11-1148 H = 1735 - 1736, wafat 31- 8 - 1773 (usia 39 tahun)
9. 1773-1817:
Abdul Hamid Muhammad Syah Zillulahi Fi'il Alam Ma Ntau Asi Saninu (anak dari Abdul Kadim Muhammad Syah Zilullahi Fi'il Alam ) lahir 1182 H = 1762 - 1763 wafat 14 - 7 -1817 (usia 55 tahun)
10. 1817 - 1854:
Isma'il Muhammad Syah Ma Ntau Dana Sigi (anak dari Abdul Hamid Muhammad Syah Zillulahi) lahir 28 Mei 1797 wafat 30 Mei atau 4 Juni 1854 (usia 57 tahun)
11. 1854 - 1868:
Abdullah Ma Wa'a Adil (anak dari Isma'il Muhammad Syah Ma Ntau Dana Sigi), lahir 1843, wafat 9-8-1868 (usia 25 tahun).
12. 1868 - 1881:
Abdul Azis Ma Wa'a Sampela (anak dari Abdullah Ma Wa'a Adil), lahir 1863, wafat 2-1-1881 (usia 18 tahun).
13. 1881-1915:
Ibrahim Ma Wa'a Halus (adik dari Abdul Aziz ma Wa'a Sampela), lahir 19-2-1866, wafat 6-12-1915 (usia 49 tahun).
14. 1915-1951
Muhammad Salahuddin Ma Wa'a Alim (anak dari Ibrahim Ma Wa'a Halus), lahir 14 Juli 1889, wafat 14 Juli 1951 M (usia 63 tahun)
15. 1954 -1959:
Haji Abdul Kahir Ma Wa'a Busi Ro Mawo (anak dari Muhammad Salahuddin Ma Wa'a Alim), lahir 26 Oktober 1925, wafat 13 Mei 2001, tahun 1944 diangkat sebagai Putera Mahkota (Jena Teke), tahun 1954 sampai dengan tahun 1964 diangkat menjadi Kepala Daerah Swapraja Bima. Setelah wafat dinobatkan sebagai Sultan Abdul Kahir II oleh Majelis Adat Dana Mbojo pada tanggal 17 juni 2001 (usia 76 tahun).
Silsilah Sultan Bima di atas di kutip oleh penulis dalam buku Hukum Adat Undang-Undang Bandar Bima yang ditulis sama Ketua Majelis Adat Dana Mbojo Prof. Dr. Hj. Siti Masyam R. Salahuddin, SH. (Bima, 2 Januari 2003).
Adapun Kuburan Sultan-Sultan Bima bisa di kunjungi/ziarah berada ujung Barat Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Kota Bima yang dibangun pada tahun 1187 H 1773 M Oleh Sultan Bima ke-VIII Sultan Abdul Kadim, kemudian dilanjutkan pembangunannya sampai dengan tahun 1780 M oleh putrannya Sultan Bima ke-IX Abdul Hamid.
Masjid ini di Bom oleh Jepang Tahun 1943 kemudian dibangun kembali sesuai aslinya pada tahun 1990 oleh Putri Sultan Muhammad Salahuddin Prof. Dr. Hj. Siti Maryam Binti Sultan Muhammad Salahuddin.
![]() |
Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan sejarah Bima serta budayanya selalu dihidupkan, dijaga serta dirawat seperti yang dilakukan oleh Ketua Museum Sampa Raja Bima Dr. Dewi Ratna Muchlisa Mandyara, M.Hum., dkk. dan kita sebagai masyarakat yang cinta akan sejarah dan budaya Bima juga harus ikut andil untuk menjaga warisan leluhur. Oleh: (Abd Khalik Syam)