Mediadinamikaglobal.id|Sofifi, Maluku Utara* — Di ujung timur Indonesia, Provinsi Maluku Utara sedang berada di titik penting perjuangan pembangunan dan keadilan wilayah. Kaya akan sumber daya alam, sejarah peradaban, dan warisan budaya yang megah, provinsi ini terus bergulat dengan ketimpangan distribusi pembangunan dan tantangan layanan publik yang merata.
Potensi Luar Biasa, Terhambat Administrasi*
Dengan cadangan nikel terbesar se-Indonesia, tambang emas, batu bara, hasil laut berlimpah, dan pariwisata bahari yang mengagumkan, potensi Maluku Utara adalah mimpi ekonomi yang belum sepenuhnya digarap. Dari Pulau Gebe yang menyimpan jejak Orde Baru hingga gugusan pulau Makayoa yang disebut “Raja Ampat-nya Maluku”, tiap sudut menyimpan kekayaan yang layak dikembangkan secara mandiri.
Pemekaran Wilayah: Solusi yang Mendesak*
Saat ini, wacana pembentukan _11 Daerah Otonomi Baru (DOB)_ sedang bergulir di tengah masyarakat. Kabupaten Galela Loloda, Kao Raya, Wasile, Patani Gebe, Kepulauan Obi, Makayoa, Mangoli Raya, Gane Raya, dan Kota-kota Bacan, Jailolo, serta Sofifi—dianggap sebagai cikal bakal pendorong kemajuan lokal. Pemekaran bukan semata ambisi politik, tapi kebutuhan struktural untuk menjangkau masyarakat pulau-pulau terpencil yang selama ini belum tersentuh layanan publik optimal.
*Suara dari Pinggiran*
Pesan tegas masyarakat DOB sangat menyentuh: _“Kami tidak meminta jalan tol, rel kereta api, atau transportasi mewah. Kami hanya ingin hidup layak seperti rakyat Indonesia lainnya. Biarkan wilayah kami mandiri. Jika diabaikan, perjuangan moyang kami akan bangkit dan berteriak lebih lantang.”_
*Sejarah dan Peran Strategis*
Kabupaten Jailolo dan Bacan menjadi saksi sejarah kejayaan Kesultanan Moloku Kieraha, sementara Pulau Obi dan Wasile menyimpan prospek industri pertambangan skala global. Kota Sofifi, walau telah jadi pusat pemerintahan provinsi, status hukumnya masih diperdebatkan, menambah tantangan administratif.
Menuju Pembangunan Merata dan Adil*
Dengan infrastruktur yang masih dalam tahap pembangunan dan tuntutan yang telah bergema selama satu dekade, masyarakat Maluku Utara kini bersatu memperjuangkan masa depan yang setara. Pemekaran diharapkan bukan sekadar wacana, tapi menjadi langkah nyata menuju revolusi ekonomi timur Indonesia yang sesungguhnya.
Oleh Mohammad A.adam
---
Lik/////