Media Dinamika Global: Budaya
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Mei 2025

Tampil di Festival Kampo Mahawo, Yenny Wahid Sampaikan Pidato Kebangsaan


Bima NTB. Media Dinamika Global.id. Lagu daerah Bima yang dinyanyikan musisi Gun Malingi, tari Wura Bongi Monca oleh Sanggar Seni La Meci Desa Kalampa dan sejumlah tampilan  memeriahkan Festival Kampo Mahawo, sebuah acara yang difasilitasi Wahid Foundation Jakarta yang bermitra dengan La Rimpu dan LP2DER dihelat di Lapangan Upacara Kantor Bupati Bima. Selasa (06/05/25)

Secara khusus Festival tersebut menampilkan pidato kebangsaan Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation yang juga Putri Sulung Presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid. 

Yenny memaparkan, Desa Damai atau dalam bahasa Bima kita sebut "Kampo Mahawo" merupakan inisiatif bersama Wahid Foundation dengan La Rimpu dan LP2DER yang didukung sepenuhnya oleh UN Women, Kedutaan Besar Belanda dan Korea Selatan. 

Kampo Mahawo hadir sebagai model kontekstual untuk mempromosikan kepemimpinan perempuan dalam membangun perdamaian berkelanjutan, mendorong inklusi sosial dan ketahanan komunitas". Jelasnya dihadapan Perwakilan UN Woman, Wagub NTB Hj.Indah Dhamayanti Putri SE.M.IP, Bupati Bima Ady Mahyudi, Wakil Bupati dr H Irfan Zubaidy dan sejumlah tamu undangan dan Perwakilan desa-desa dampingan. 

"Masyarakat Bima telah sangat melekat di hati Wahid Foundation. Kami menggagas program di Bima sejak 2018, namun interaksi dengan masyarakat Bima, telah jauh berlangsung, dan kami berharap akan berlanjut terus di masa yang akan datang. 

Nilai-nilai lokal dan filosofi masyarakat Bima seperti "Ngaha Aina Ngoho (mengelola alam dengan bijak dan tidak rakus)", "Maja Labo Dahu" (malu dan takut melakukan kesalahan) , atau “nggahi rawi pahu (kata-kata yang sejalan dengan perbuatan)".

Ungkapan ini merupakan fondasi kehidupan masyarakat Bima yang sejalan dengan nilai-nilai perjuangan KH. Abdurrahman Wahid, seperti tauhid, kesederhanaan, dan keksatriaan. Kesemuanya itulah yang akan menjaga masyarakat dalam menjami keberlangsungan perdamaian dan pencegahan konflik di Bima". Jelas Yenny. 

"Ada 4 pilar pendekatan dalam program ini mencakup Pemberdayaan ekonomi, pembangunan perdamaian dan pencegahan konflik, penguatan partisipasi perempuan, dan lingkungan berkelanjutan. Dengan melibatkan 9 Desa di Kabupaten Bima: Dadibou, Kalampa, Ncera, Penapali, Rato, Renda, Roi, Roka, Samili, dan 3 kelurahan di Kota Bima: Dara, Paruga dan Penato'i". Imbuhnya. 

Direktur La Rimpu Prof. Atun dalam pengantarnya mengungkapkan, Perempuan dan pemuda adalah aktor strategis yang perlu terus didampingi. Kami meyakini bahwa perempuan dan pemuda adalah bagian dari perjuangan kemajuan bersama. Tentu saja bukan untuk menyaingi laki-laki atau orang tua tetapi untuk ikut dalam melakukan kerja perdamaian yang mungkin masih terasa berat jika dilakukan oleh sebagian orang saja". 

Jelasnya. dihadapan Sekretaris Daerah Adel Linggi Ardi, SE, para Pejabat Eselon II, Eselon III lingkup Pemerintah Kabupaten dam Kota Bima perwakilan 9 Desa di Kabupaten Bima dan 3 Kelurahan di Kota Bima. (MDG 02)

Minggu, 04 Mei 2025

Bupati Bima Pastikan Dukung Event Festival Sangiang Api 2025


Bima NTB. Media Dinamika Global.id. Penyelenggaraan event tahunan Festival Sangiang Api (FSA) sebagai salah satu wahana promosi pariwisata bahari Kabupaten Bima akan kembali digelar. 

Untuk memantapkan persiapan event akbar sektor Pariwisata tersebut, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Wera Nusantara (DPP IKRA) Prof.Dr.H. Muchtar beserta jajaran pengurus IKRA Sabtu (03/5) menggelar Rapat bersama di Illocake Restoran Kota Bima dan secara khusus mengundang Bupati Bima Ady Mahyudi. 

Festival Sangiang Api 2025 yang akan digelar mulai tanggal 27 Juli sampai dengan 2 Agustus di Kecamatan Wera menjadi salah satu rangkaian memeriahkan Peringatan Hari Jadi Bima (HJB) Ke-385 Tahun 2025

Pada kesempatan rapat bersama tersebut Bupati Bima Ady Mahyudi mendengarkan pemaparan dari panitia yang menjelaskan bahwa dalam Festival Sangiang Api tahun ini, akan dilakukan peninjauan oleh Tim Kementerian Pariwisata dam Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI. Jika memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka pada tahun 2026 Festival Sangiang Api akan menjadi salah satu dari sejumlah Kalender Event Nasional Pariwisata 2026, sebuah event yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif di berbagai daerah. 

Berkaitan dengan rencana tersebut Bupati Ady Mahyudi menegaskan bahwa pihak Pemerintah Kabupaten Bima mendukung penuh kegiatan yang akan diselenggarakan tersebut.

"Festival Sangiang Api merupakan wahana yang sangat baik untuk mempromosikan destinasi wisata bahari dan budaya. Juga berdampak positif dengan membuka peluang bagi pelaku ekonomi kreatif lokal untuk memasarkan dan mengembangkan produk UMKM Bima, mengingat kawasan pesisir utara dan timur Bima yang berbatasan dengan kawasan pariwisata super premium Labuan Bajo juga menjadi prioritas pembangunan pariwisata daerah. Terang Bupati. 

 Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum DPP IKRA Prof. Muchtar memaparkan FSA tahun 2025 diharapkan dapat memberikan dampak dalam beberapa aspek. Antara lain mengangkat dan memperkenalkan potensi pariwisata Daniel pada tingkat nasional dan internasional. 

Dampak lainnya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan sektor lainnya seperti industri kreatif, perdagangan serta jasa yang jauh lebih massif, serta mendukung program pemerintah khususnya Pembangunan Destinasi Super Prioritas (PDSP) sebagai daerah penyangga". Jelas Guru Besar UNS Surakarta ini. (MDG 02)

Sabtu, 26 April 2025

Ady-Irfan Kompak Hadiri Gala Dinner Festival Rimpu Mantika


Bima NTB. Media Dinamika Global.id. Gala dinner Pembukaan Festival Rimpu Mantika merupakan salah satu rangkaian dari Event Pemerintah Kota Bima tahun 2025. 

Memenuhi undangan Walikota Bima, dengan mengenakan Tenun Bima yang dipadu warna biru, Bupati Bima Ady didampingi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bima Ny.Murni Suciyanti dan Wakil Bupati dr. H. Irfan Zubaidy bersama Ketua GOW Kabupaten Bima Ny. Anita H. Irfan menghadiri Jamuan Makan Malam (Gala Dinner) yang digelar oleh panitia festival di pelataran Utara Istana Kesultanan Bima. Jumat (25/04/25) pukul 20:00 WITA 

Walikota Bima, H.A. Rahman Abidin, Anggota DPR RI (F. PKB) Magdalena, S.S, Anggota DPD RI Mirah Midadan Fahmid, Direktur Fashion Ekonomi Kreatif Kementerian Ekonomi Kreatif RI Rohani Astuti, Kapolres Bima Kota AKPB Didik Putra Kuncoro,S.I.K beserta istri, Sekretaris Daerah Kota Bima, Ketua TP.PKK Kota Bima, Ketua GOW Kota Bina, Ketua Majelis Adat Sara Dana Mbojo Hj. Ferra Alamalia, MM, beserta sejumlah pejabat teras kota Bima tampak hadir pada acara tersebut. 

Setelah Jamuan Makan Malam, Walikota Bima dan para tamu kehormatan kemudian berjalan dari pelataran Asi Mbojo menuju Panggung Kehormatan untuk menghadiri Pentas Seni Festival Rimpu Mantika yang digelar di Lapangan Serasuba Kota Bima.

Bupati Bima di sela acara menyampaikan apresiasi atas kerja keras panitia dan kemeriahan Festival Rimpu Mantika Tahun 2025 yang digelar oleh pemerintah kota Bima tahun 2025. Dirinya berharap event ini di samping sebagai langkah untuk melestarikan warisan budaya, juga menjadi wahan yang sangat baik bagi tumbuh kembangnya ekonomi kreatif di Kota Bima".(MDG 02/ Hum)

Kelurahan Panggi Turut Ambil Bagian Dalam Memeriahkan Festival Rimpu Mantika


Kota Bima. Media Dinamika Global.id. Kelurahan Panggi Kota Bima ambil bagian dalam memeriahkan Event Tahunan Festival Pawal Rimpu. Sabtu, (26/04/25). 

Kegiatan ini menjadi rangkaian penutup dari Festival Rimpu Mantika yang dijadwalkan 24-26 tahun 2025, yang telah masuk dalam Kalender Event Nusantara (KEN).

Lurah Panggi Ijwan, S.Sos menjelaskan kegiatan ini sangat penting untuk kita semarakkan, karena inti dari kegiatan ini adalah sebagai bentuk pelestarian budaya, maka sangat penting keterlibatan aktif kita dalam kegiatan budaya seperti pawai rimpu, ujarnya.

"Pawai Rimpu ini merupakan Simbol Budaya kita, Budaya Bima, maka wajib bagi kita untuk berpartisipasi dalam mensukseskannya, tidak ada alasan untuk kita tidak ambil bagian dalam kegiatan ini, bahkan jauh sebelum kegiatan ini dilaksanakan saya sosialisasikan kepada warga untuk bersama-sama memeriahkan Event.tahunan ini.

Melihat antusiasme yang begitu besar, Ijan menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya kepada seluruh warganya yang begitu bersemangat dalam berpartisipasi dan memeriahkan Festival Rimpu Mantika.

Ijwan juga berharap, di tengah berkembangnya teknologi, globalisasi, yang dapat mempengaruhi perubahan budaya, masyarakat Bima pada umumnya mampu melestarikan dan menjaga hingga akan menjadi warisan budaya yang akan kita perkenalkan pada generasi-generasi selanjutnya. pungkasnya. (MDG 02)

Kamis, 24 April 2025

Lurah Panggi, Matangkan Persiapan Dalam Mensukseskan Pawai Rimpu Mantika Tahun 2025


Kota Bima. Media Dinamika Global.id. Persiapan Pawai Rimpu Mantika yang akan digelar pada 24-26 April 2025 sudah semakin rampung dilakukan oleh Lurah Panggi Kecamatan Mopunda Kota Bima.

Lurah Panggi Ijwan, S.Sos dikonfirmasi melalui Via WhatsApp menjelaskan, pihaknya akan terus berupaya mematangkan persiapan dalam rangka mengikuti Festival Rimpu Mantika tahun 2025, ujarnya, Kamis, (24/04/25).

Lanjutnya, agenda tahunan yang masuk ke dalam Kalender Event Nasional ini adalah merupakan sebuah bentuk promosi guna memperkuat budaya Bima sekaligus menjadikannya strategi percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. 

Pada tahun lalu, kita semua tau bahwa peningkatan perputaran uang di begitu besar bahkan hingga miliaran selama gelaran Festival Rimpu Mantika dilaksanakan, sehingga untuk tahun ini kita akan lebih optimis lagi bagaimana meningkatkan perputaran uang tersebut bisa lebih besar lagi, pungkasnya.

Tak hanya itu saja, Ijwan juga menyampaikan, sementara untuk Kelurahan Panggi, saya libatkan semua elemen, mulai dari Karang Taruna, Kader Posyandu, tenaga Pendidik (guru), Ibu-ibu (peserta) yang mendapat PKH, hingga masyarakat pada umumnya, harus ikut berpartisipasi dalam rangka mensukseskan Festival Rimpu Mantika ini, ini dalam satu rombongan. 

Bahkan sudah saya data dan saya dokumentasi sejumlah warga yang mendapat PKH tersebut.


Apalagi tahun ini berbeda pada tahun-tahun sebelumnya, dimana peserta PKH tidak lagi bergabung dengan Dinas Sosial, mereka sudah bergabung dengan kelurahan, begitupun dengan guru, sehingga saya pastikan rombongan kali ini lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Saya berharap pada Festival Rimpu Mantika yang akan digelar pada 24-26 April 2025 ini, tidak hanya sebagai perayaan budaya, tetapi menjadi momentum untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif masyarakat secara luas, tutup Ijjwan. (MDG 02).

Jumat, 07 Juni 2024

Yati Octavia Artis Tercantik Era 1970-an, Pernah Digunduli Demi Peran Di Film


Artis. Media Dinamika Global. Id.- Yati Octavia Artis Tercantik Era 1970-an, Pernah Digunduli demi Peran di Film. Yati Octavia artis cantik yang paling dikenal era 1970-an. Sosoknya sangat identik dengan peran Ani, kekasih Rhoma Irama. Namun selain peran Ani, ternyata Yati Octavia pernah totalitas bermain dalam film Rahasia Perkawinan pada 1979. 

Ada apakah dengan film Rahasia Perkawinan? Dalam film Garapan H Maman Firmansyah itulah Yati rela digunduli. Ada sebuah adegan di mana rambut Yati digunting acak-acakan. Sontak adegan itu membuat heboh industri perfilaman nasional. 

Berkat perannya sebagai Ratna yang rela digunduli itulah film Rahasia Perkawinan sukses memboyong Piala Antemas di FFI 1980 di Semarang, sebagai lambang film terlaris. 

Yati Octavia juga dikenal sebagai salah satu artis yang masuk dalam jajaran The Big Five atau lima artis dengan bayaran termahal saat itu. 

Yati bersama Roy Marten, Robby Sugara, Yenny Rachman, dan Doris Callebaut, disebut-sebut menerima honor lebih dari Rp5 juta per film. Pada masanya, itu merupakan angka yang sangat besar.

Tidak berhenti berkarya, kini di usianya ke-66 tahun, Yati Octavia masih aktif terjun di dunia akting. Dia banyak membintangi sinetron-sinetron Tanah Air. Beberapa di antaranya Aisyah (2019), Cahaya Mentari (2019), Tukang Ojek Pengkolan (2020), dan terbaru adalah Aku Bukan Dia (2021).

Di luar karier aktrisnya, Yati adalah seorang istri dari aktor Pangky Suwito. Mereka sudah menikah sejak 1979. Ini merupakan pernikahan kedua bagi Yati yang sebelumnya telah menikah dengan Syamsudin (almarhum) dan memiliki satu orang putra. 

Setelah menikah dengan Pangky, Yati kembali dikaruniai tiga orang putra. Keduanya kini juga telah dikaruniai cucu-cucu yang lucu.

Kamis, 23 Mei 2024

Tampak "Uma Lengge" Sepi Pengunjung, Butuh Perhatian dan Dukungan Dari Semua Pihak


Kabupaten Bima-NTB, Media Dinamika Global.Id._ Bangunan Uma Lengge merupakan warisan leluhur suku Mbojo-Bima terdahulu, sekarang tampak sepi pengunjung, dibandingkan ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, meresmikan Komplek Rumah Adat "Uma Lengge" bertempat di Desa Maria, Kabupaten Bima-NTB.

"Uma Lengge" merupakan salah Wisata Budaya Bima (Suku Mbojo) Daerah Bima tiga tahun silam.

Hasil penelitian langsung, saat tiba  di tempat bersejarah itu, terlihat bagunan tradisional suku Mbojo kini sebagian sudah tidak terawat, tiga bangunan serta hiasan tanaman bunga di depan halaman, menutupi sebagian "Uma Lengge" yang telah miring dan rusak.

Terlihat tampak seseorang pria yang duduk termenung di tiang penyangga "Uma Lengge", menunggu kedatangan para pengunjung yang ingin mengetahui apapun tentang ditus/Histori "Uma Lengge".

Pria tersebut bernama Indra, 41 tahun, merupakan warga asli Desa setempat sekaligus penjaga "Uma Lengge".

Saat ditemui, Indra menceritakan, Uma Lengge ini di bangun secara tradisional oleh leluhur kami dulu, sampai sekarang kami jaga, walaupun sebagian tidak mampu kami perbaiki karena kekurangan anggaran dan dukungan semua pihak, terutama dari Pemerintah Daerah sampai pemerintah Desa.

"Sejarah dan kondisi Uma Lengge sekarang, Indra berharap warisan nenek moyangnya dan leluhur terdahulu tetap dijaga," ucap Indra. Minggu (14/4/2024).

Lanjut Indra, "Uma Lengge" memiliki 4 (Empat) Ri’i Uma atau  disebut empa tiang penyangga persegi berdiameter sekitar 30 Cm (Centi Meter), beratap ilalang, dengan dasar pondasi yaitu ngapi atau batu yang sudah dibacakan mantra oleh dukun, sehingga tikus tidak akan sanggup menjangkau hasil pertanian yang ada di ruang penampungan. Setiap tiang diberi wole atau pasak, yang mengunci "Uma Lengge" agar tahan dari segala cuaca. Terlihat dari warna kayunya tidak pernah disentuh keasliannya, sehingga terdapat Empat "Uma Lengge" yang rusak parah dan tidak lagi berfungsi.

“Jumlah "Uma Lengge" dan Jompa secara keseluruhan awalnya ada 101 bangunan, akan tetapi ada empat yang rusak parah, jadi sisa 97 bangunan, saya akan usaha untuk jaga, karena tugas ini adalah amanat dari Almarhum kakek saya yang  bernama "Hasan Abubakar" merupakan Ketua adat disini,” tutur Pria Kelahiran Wawo ini.

Bangunan Uma Lengge, terdiri dari dua lantai utama, bagian bawah terdapat muna atau alat untuk menenun, sebagai aktifitas yang wajib dilakukan oleh kaum perempuan suku Mbojo, serta difungsikan untuk menyambut tamu. Berdasarkan ketentuan adat, setiap wanita yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan muna ro medi, muna ro medi merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh kaum perempuan, guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Seluruh wanita dilatih untuk terampil dan berjiwa seni ma loa ro tingi dalam menenun. Kemudian kedua, bagian atas "Uma Lengge" digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian yang beratapkan ilalang dan bambu, sebagai kerangka agar atap tahan terhadap segala cuaca.

"Ia, Indra menyayangkan tidak adanya perhatian dari pihak pemerintah untuk membantu melestarikan Budaya asli Mbojo "Uma Lengge", padahal sistem ketahanan pangan dalam struktur bangunan "Uma Lengge" menjadi salah satu cara untuk melawan krisis pangan di masa depan," sesal Indra.

Sambung Indra, "Uma Lengge" ini milik warga asli Desa setempat, setiap keluarga memiliki satu Uma Lengge, sekarang banyak atap ilalang Uma Lengge dan Jompa diganti seng, karena ilalang sulit didapat, dan juga kurangnya perhatian dari pemerintah Desa setempat untuk biaya operasional dan memfasilitasi kebutuhan Uma Lengge. Kebiasaan masyarakat Wawo Maria menyimpan hasil pertanian di ruang atas Uma Lengge, ketika Indra membuka pintu ruangan atas berdiameter sekitar satu kali setengah meter, tampak hasil pertanian seperti padi, jagung, serta sorgum tersusun rapi dalam setiap ikatan. 

"Kemudian ikatan-ikatan itu, digantung pada bilah-bilah bambu yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Sembari mengingat perjuangan kakeknya dulu dalam merawat kelestarian Uma Lengge," jelas Indra.

Tak hanya itu, Indra juga menegaskan bahwa Uma Lengge tidak terlepas dari nilai-nilai keistimewaan yang sudah dipercayai sejak zaman nenek moyang suku Mbojo dulu. Menariknya, di ruangan atap Uma Lengge hanya boleh ibu-ibu yang bisa naik, karena kepercayaan yang dianut masyarakat setempat, hanya kaum perempuan yang tau tentang pasokan makanan keluarga.

“Kakek saya Alm. Hasan Abubakar pernah bilang, kalau "Uma Lengge" penuh dengan nilai budaya yang sudah diwariskan dari dulu sampai sekarang, mulai nilai gotong royong, nilai musyarawarah, mufakat, tetap tingkatkan silaturahmi, dan nilai saling tolong-menolong. Seiring dengan perkembangan zaman, cara penyimpanan padi sudah tidak lagi dalam bentuk ikatan-ikatan yang tersusun rapi, melainkan gabah yang dikarungkan, sehingga masyarakat agak kerepotan untuk memindahkan padi ke atas ruangan penyimpanan Uma Lengge," tegasnya.

Sementara, Sumardin, 36 tahun, warga asli Desa Wawo Maria sedang mengecek hasil pertaniannya, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat saja yang menggunakan "Uma Lengge" dan "Jompa" sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian, karena saling memiliki kepercayaan tersendiri. “Saya salah satu Pemilik Uma Lengge dan Jompa yang diwarisi kakek kami dulu secara turun-temurun, walaupun sudah dijadikan tempat wisata, tetapi kami tetap melaksanakan upacara Ampa Fare yang telah diwariskan, disini cuman sebagian masyarakat saja yang pakai Uma Lengge," ucap Sumardi.

Disisi lain, dengan ada perkembangan zaman, sebagian masyarakat juga tidak menggunakan Uma Lengge karena mereka pendatang di Desa ini," pendatang di desa ini. Padahal ketika musim paceklik, sebagian masyarakat sangat kesulitan mendapatkan cadangan makanan, karena tidak menyimpan cadangan pangan dari hasil pertanian sebelumnya. Sembari membersihkan halaman Uma Lengge dengan sabit dan Tembe Nggoli, sarung tenun khas suku Mbojo yang dipakai.

"Sumardin mengakui tidak kesusahan saat musim paceklik tiba, apalagi harga beras di pasaran semakin melonjak, saya beruntung tetap melestarikan tradisi Ampa Fare ini, warga lain ngeluh beli beras, saya tak pernah risih jika sewaktu-waktu bahan pangan naik,” tuturnya.

Proses penataan dan penyimpanan padi pada Uma Lengge, dilakukan dengan cara gotong royong. Dari 97 Uma Lengge maupun Jompa yang ada, hanya 95 bangunan yang digunakan oleh warga untuk menyimpan hasil pertaniannya, tiga diantaranya digunakan sebagai tempat berkunjung untuk para wisatawan. “para warga disini biasanya panen serentak, sehari setelah itu, kita adakan upacara Ampa Fare sebagai bentuk rasa syukur kami atas hasil pertanian yang melimpah,” terang Sumardin.

Kembali indra mengatakan, Konsep Uma Lengge sebagai karya arsitektur yang mengandung banyak nilai budaya, kini banyak digunakan sebagai bentuk konstruksi bangunan pemerintahan, juga menjadi ikon pariwisata. Hanya saja tidak diperhatikan baik oleh pemerintah Desa dalam merawatnya. Uma Lengge juga sebagai konsep kearifan lokal, ketahanan pangan, masih belum bisa ditransofmasikan menjadi program-program pemerintah untuk pemberdayaan petani, apalagi Kabupaten Bima menjadi daerah yang menyumbang pasokan pangan terbesar.

"Sekarang Uma Lengge hanya dijadikan sebagai lambang saja," jelas Indra.

Sambung Indra, Festival Uma Lengge kerap diadakan tiap tahunnya, Ula Lengge kian mulai tidak diperhatikan, padahal banyak solusi yang dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan zaman, melalui nilai budaya yang terkandung dalam Uma Lengge sendiri.

“Festival Uma Lengge tetap kami adakan untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, dalam festival juga menampilkan berbagai tarian tradisional suku Mbojo, yaitu Mpa'a Manca, Adu Kepala, Buja Kadanda, dan Kareku Kandei, serta setiap perempuan yang hadir menggunakan Rimpu, yaitu kerudung khas suku Mbojo,” pungkas Indra.

Hasil pantauan sangat disayangkan, Uma Lengge kurang perhatian dan partisipasi dari unsur pimpinan daerah sampai ke pemerintah pemerintah Desa dalam melestariakan asli wisata Uma Lengge, kita melihat seksama bahwa, Uma Lengge terus kita lestarikan demi ketahanan pangan, menjaga dan merawat asli budaya Bima, bukan hanya sekedar tempat wisata situs bersejarah, dan menjadi aicon suku Mbojo.

Penulis : Dian Ferdinawan

Editor : Surya Ghempar.